Reporter: Handoyo | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Indonesia dan Uni Eropa menyepakati struktur perundingan kerja sama perdagangan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU CEPA). Dari sebanyak 19 bab dalam perjanjian perdagangan tersebut, pemerintah mengatakan, banyak usulan dari Indonesia yang diakomodasi.
Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional (PPI) Kementerian Perdagangan (Kemdag) Iman Pambagyo mengatakan, beberapa hal yang menjadi kesepakatan awal sebelum masuk substansi adalah terkait dengan cooperation and capacity building.
Selama ini, standar yang diterapkan oleh UE eropa masih belum dapat diraih oleh pengusaha Indonesia khususnya golongan menengah kebawah. "Ini akan bermanfaat bagi UKM. Selama ini standar di UE belum dapat terpenuhi oleh kita," ujra Iman, Selasa (27/9).
Bantuan untuk pengembangan bagi pengusaha Indonesia agar dapat masuk ke pasar UE harus merupakan program baru dalam konteks IEU CEPA. Program-program yang telah berlangsung saat ini harus dilepaskan dan tidak dicampurkan.
Meski tidak merinci beberapa sektor yang perlu mendapat perhatan adalah perikanan, perkebinan dan manufaktur. Sebelum proses negosiasi yang membahas substansi pada Januari mendatang, kedua belah pihak juga sudah melakukan tukar menukar data ekspor impor.
Kemdag juga aktif untuk menjaring masukan dengan para pelaku usaha dalam negeri. Masukan tersebut dibutuhkan agar dalam proses negosiasi keinginan yang diminta oleh pengusaha dapat tersalurkan.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Rosan P Roeslani mengatakan, pemerintah harus tetap menjaga hal-hal yang perlu dipertahankan bagi pengusaha kelas menengah. "Ada beberapa yang belum siap, salah satunya UMKM, itu yang kami sarankan kepada pemerintah karena kalau terlalu bebas belum siap," ujar Rosan.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Hubungan Internasional, Shinta W. Kamdani menambahkan, proses negosiasi yang dilakukan dalam IEU CEPA sudah in line dengan yang diharapkan. Meski demikian, perlu adanya dorongan agar proses negosiasi ini dapat cepat terselesaian.
Pasalnya, selama ini sektor usaha padar karya seperti tekstil dan alaskaki sudah sangat jauh tertinggal dengan Vietnam danBankladesh yang telah lebih dahulu teken kerjasama dengan UE. "Jadi yang kita fokus adalah sektor padat karya," kata Shinta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News