kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perundingan IK-Cepa ditargetkan selesai Juni 2014


Jumat, 03 Januari 2014 / 16:33 WIB
Perundingan IK-Cepa ditargetkan selesai Juni 2014
ILUSTRASI. Sifilis Bisa Menular Akibat 5 Aktivitas Seksual Ini


Reporter: Arif Wicaksono | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Pemerintah memastikan telah mendekati tahap akhir dalam perundingan kesepakatan kerjasama dagang Indonesia–Korea Selatan (Korsel) atau Indonesia–Korea Comprehensive Economic Partnertship Agreement (IK-CEPA).

Kementerian Perdagangan (Kemdag) menargetkan, perundingan akan selesai pada akhir semester I 2014 atau pada akhir Juni nanti.

Seperti diketahui, IK-CEPA yang dimulai sejak tahun 2012 telah memasuki putaran perundingan ke enam sampai akhir tahun 2013 lalu dan akan semakin membuka akses pasar dikedua belah negara.

Isu yang dibahas dalam perundingan terkait akses pasar (barang, jasa, investasi), kerjasama ekonomi dan peningkatan kapasitas, serta aturan main perdagangan.

Direktur Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional Kemdag, Iman Pambagyo, mengatakan, saat ini pemerintah sedang membahas keseimbangan kerjasama perdagangan atau investasi diantara kedua negara.

"Pembahasan IK-CEPA bisa dibilang secara presentasi sudah mencapai 85% dan targetnya akhir semester satu 2014 ini sudah selesai," katanya kepada Kontan, Jumat (3/1).

Menurut Iman, pemerintah harus memastikan keseimbangan konsep kerjasama antara arus perdagangan dengan arus investasi.

Ia menilai, ketika perusahaan Korea Selatan bebas berinvestasi dan memasukan barang ke Indonesia hal serupa juga harus berlaku sebaliknya untuk produk Indonesia.

Iman mengatakan, saat ini pembahasan dengan Korea Selatan masih terhambat dari sisi teknis investasi. "Seperti Korea Selatan meminta kemudahan memasukan produk otomotif, tapi kami keberatan karena Jepang sudah investasi besar-besaran di Indonesia," ujarnya.

Menurut Iman, pemerintah mencegah Indonesia hanya menjadi pasar saja untuk produk otomotif. Pemerintah juga menuntut agar Korea Selatan berinvestasi menjadikan Indonesia sebagai basis produksi otomotif Korea Selatan.

Termasuk pemerintah mendorong agar perusahaan elektronik Korea Selatan seperti Samsung dan LG untuk berinvestasi besar menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi regional.

"Secara teknis memang harus dalam bentuk keputusan bisnis, tapi pemerintah berharap pihak Korea Selatan memberikan komitmen misalnya kemudahan perusahaan Korea Selatan berinvestasi di Indonesia," katanya.

Iman menjelaskan, pihaknya sudah menyiapkan konsep untuk Korea Selatan terkait kemudahan berinvestasi di Indonesia.

"Kami akan tawarkan konsep agar mereka bisa investasi di sini, konsep ini akan diserahkan ke Kadin dan Apindo baru ujungnya ke Korea Selatan," ujarnya.

Dari kajian yang dilakukan pemerintah, IK-CEPA ini dapat memberikan kesejahteraan atau welfare gain senilai US$ 10,6 miliar bagi Indonesia.

Mendorong investasi Korea

Pemerintah mengharapkan mampu mendorong pengembangan investasi Korea yang terkonsentrasi di sektor industri karet, plastik, kimia, tekstil, gas, air dan baja yang total investasinya pada 2012 mencapai US$ 1,95 miliar.

Menurut Iman, investasi utama Korea di Indonesia tersebut akan didorong ke arah industri lainnya seperti otomotif dan komponennya, smelter dan pengolahan mineral, pertanian dan lainnya. Sehingga, investasi Korea di Indonesia akan semakin meluas dan memberikan keuntungan bagi Indonesia.

Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim, Shinta Widjaja Kamdani, mengatakan, IK-CEPA dapat mendorong perluasan pasar bagi produk nasional termasuk membuka akses pasar bagi produk-produk Indonesia.  

Ia menilai, pemerintah perlu cermat bernegosiasi agar melalui IK-CEPA hambatan-hambatan non-tarif bagi produk Indonesia untuk masuk ke Korea bisa diminimalkan.

Kadin mencatat, sepuluh tahun terakhir, produk migas mendominasi impor Korea dari Indonesia sebesar 70%, diikuti produk kayu dan kertas 7,5% dan tekstil serta pakaian hanya 3,7%.

Shinta menilai, kecermatan pemerintah dalam bernegosiasi dituntut untuk memastikan bahwa kemitraan ekonomi komprehensif ini saling menguntungkan bagi kedua negara.

Fokus ekspor harus diubah dengan meningkatkan daya saing dan kualitas produk non-migas dlam negeri agar lebih sesuai dengan kebutuhan Korea Selatan. 

Menurut Shinta, diperlukan upaya-upaya serius untuk memperlancar perdagangan antar kedua kegara termasuk melalui IK-CEPA.

Shinta menambahkan, kemitraan ekonomi komprehensif ini diharapkan dapat meningkatkan nilai perdagangan antar kedua negara hingga mencapai US$ 50 miliar pada tahun 2015 dan US$ 100 miliar pada tahun 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×