Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Dessy Rosalina
KONTAN.CO.ID - CIREBON. Setelah diputuskan sebagai pihak yang mengimpor beras, Perum Bulog telah membuka tender bagi perusahaan yang tertarik mengadakan impor beras.
Djarot Kusumayakti, Direktur Utama Perum Bulog mengatakan, siapa pun memiliki kesempatan untuk ikut dalam tender impor beras ini, asalkan sesuai dengan kriteria impor yang ditetapkan Indonesia. Di mana, hanya anggota asosiasi produsen yang dituju yakni Thailand, Vietnam, India, Myanmar, dan Pakistan.
Djarot bilang, Bulog tengah mempercepat administrasi setelah mendapatkan izin impor. Dia berharap, besok (17/1) sudah ada perusahaan yang mendaftar dalam tender tersebut. Pasalnya waktu yang dibutuhkan cukup pendek.
Sesuai dengan penugasan ini, batas impor beras yang dilakukan Bulog sebanyak 500.000 ton. "Karena kebutuhan, Bulog yang ditugaskan mengimpor setinggi-tingginya 500.000 ton. Artinya bisa kurang dari itu," kata Djarot, Selasa (16/1).
Djarot bilang, beras yang diimpor ini merupakan beras umum yang nantinya diperuntukkan bagi Cadangan Beras Pemerintah (CBP). Dia pun mengatakan, impor ini menggunakan dana Bulog.
Menurut Djarot, saat ini Bulog masih memiliki kelonggaran dana sebesar Rp 9.8 triliun. Dia mencontohkan, bila harga beras internasional diratakan sebesar Rp 7.300 per kg, setelah memperhitungkan segala biaya tambahan, maka diperkirakan dana yang dibutuhkan selitar Rp 3,6 triliun. Karena itu menurutnya, dana yang dimiliki Bulog masih mencukupi.
Sementara itu, Djarot pun mengungkap dibutuhkan waktu dalam proses impor ini. Mulai dari pendaftaran tender, proses seleksi, negosiasi, diadakannya letter of credit, hingga pengiriman barang. "Dalam 1 bulan lebih sedikit bisa selesai, tetapi hal tersebut tergantung kondisinya," ujar Djarot.
Menurut Djarot, perusahaan pengekspor juga membutuhkan waktu untuk proses ekspor. Mulai dari mengumpulkan beras hingga pengiriman barang. Apalagi, jika beras yang diekspor sebanyak 500.000 ton. Dia mencontohkan, Bila 1 kapal memiliki kapasitas 10.000 ton maka dibutuhkan 50 unit kapal. "Saya rasa semuanya berkejaran dengan waktu," tambah Djarot.
Proses impor tersebut akan berlangsung secara bertahap. Namun, batas waktu impor hanya sampai akhir Februari. Apabila melebihi waktu tersebut maka tidak akan ada beras yang diterima. Djarot mengakui, sampai hari ini belum ada alternatif lain selain melakukan impor beras.
Djarot mengatakan, Bulog tidak pernah meminta impor beras. Dia bilang, impor ini berupa penugasan dari pemerintah. Menurutnya, Bulog hanya bertugas menyampaikan data harga atau pergerakan data di pasar serta data lainnya.
Sampai saat ini, Djarot mengaku dirinya belum bisa memprediksi berapa banyak beras yang akan diimpor nantinya. "Saya belum mampu memprediksi karena kelemahan Bulog belum mempersiapkan impor sebelumnya. Akan lebih bagus bila Bulog sudah ada persiapan," kata Djarot.
Nantinya, beras yang masuk ini akan disimpan kota-kota yang bukan produsen padi seperti Jakarta, Batam, Medan dan Belitung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News