Reporter: Bidara Pink | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penjualan ritel pada kuartal III-2023 diyakini tumbuh melambat bila dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
Hasil Survei Penjualan Ritel Bank Indonesia (BI) menunjukkan, Indeks Penjualan Riil (IPR) pada kuartal III-2023 sebesar 1,2% secara tahunan (YoY) atau melambat dari pertumbuhan 1,6% YoY pada kuartal sebelumnya.
Perlambatan pertumbuhan penjualan ritel terlihat pada beberapa kelompok, seperti kelompok makanan, minuman, dan tembakau juga sub kelompok sandang.
Kelompok penjualan makanan, minuman, dan tembakau pada kuartal III-2023 tumbuh 3,4% YoY atau lebih rendah dari pertumbuhan 4,6% YoY pada kuartal sebelumnya.
Kemudian sub kelompok sandang tercatat tumbuh 9,0% YoY, atau melambat dari pertumbuhan 13,2% YoY pada kuartal II-2023.
Baca Juga: Penjualan Ritel Menurun pada September 2023
Kabar baiknya, ada beberapa kelompok penjualan yang mengalami peningkatan, seperti penjualan suku cadang dan aksesori yang tercatat tumbuh 2,7% YoY setelah menurun 3,8% YoY pada kuartal sebelumnya.
Kemudian bahan bakar kendaraan bermotor yang tercatat tumbuh 1,0% yoy, setelah pada kuartal II-2023 tergerus 5,5% YoY.
Direktur Eksekutif INDEF Tauhid Ahmad menilai, kinerja penjualan ritel pada tahun 2023 memang belum menggeliat dan belum kembali ke masa pra pandemi Covid-19.
"Indeks penjualan ritel masih belum naik. Ini menunjukkan bahwa pola konsumsi masyarakat belum kembali normal," terang Tauhid kepada Kontan.co.id.
Tauhid menduga, ini sehubungan dengan tingkat inflasi barang pokok yang meningkat. Makin mahalnya barang kebutuhan utama, membuat masyarakat kemudian mengerem konsumsi.
Ini juga sejalan dengan hasil Survei Konsumen yang pada Senin (9/10), di mana penjualan ritel menurun pada kuartal tersebut.
Baca Juga: Kinerja Sektor Properti di Kuartal III Masih Dapat Sentimen Negatif Suku Bunga Tinggi
Tauhid pun khawatir, tren lemahnya konsumsi akan berlanjut pada kuartal IV-2023. Apalagi, bila inflasi bahan pokok masih tinggi.
"Di tengah ancaman el nino, ada perlambatan impor. Ini cukup menjadi tantangan tersendiri," tambah Tauhid.
Kemudian, selain menjaga inflasi, Tauhid juga meminta agar pemerintah makin getol menarik investasi untuk membuka lapangan pekerjaan, terutama lapangan pekerjaan formal.
Ini bukan hanya mendorong penguatan optimisme dan konsumsi masyarakat di kuartal IV-2023, tetapi akan menjaga dalam jangka panjang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News