kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Pertumbuhan kredit loyo di semester satu


Jumat, 21 Juli 2017 / 19:40 WIB
Pertumbuhan kredit loyo di semester satu


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Markus Sumartomjon

JAKARTA. Pertumbuhan kredit di hampir enam bulan pertama tahun ini masih sangat rendah. Bahkan, belum mencapai separuh dari target tahun ini yang sebesar 10%-12%.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan, pertumbuhan kredit tahun berjalan (year to date) hingga Mei 2017 baru mencapai 2,6%. "Jadi rendah. Padahal kami di awal tahun memperkirakan pertumbuhan kredit antara 10%-12%," kata Agus saat ditemui di Kantor Direktorat Jenderal (Dirjen) Anggaran Kementerian Keuangan (Kemkeu), Jumat (21/7).

Menurut Agus, pertumbuhan kredit yang masih sangat rendah tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, perbankan pernah memperkirakan kredit bemasalah atau non performing loan (NPL) akan melonjak. Walaupun NPL saat ini tidak terlalu tinggi, yaitu 3,1%.

Perbankan lanjut Agus, masih memperhatikan relaksasi aturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengenai Ketentuan Kehati-Hatian dalam Rangka Stimulus Perekonomian Nasional bagi Bank Umum (Peraturan OJK Nomor 11/POJK/03/2015) yang diterbitkan 2015.

Relaksasi tersebut berupa pelonggaran aturan restrukturisasi kredit dari tiga pilar (sektor industri, kondisi perusahaan, dan kemampuan membayar) menjadi hanya satu pilar yaitu kemampuan membayar. Namun, stimulus ini akan berakhir masa berlakunya pada bulan Agustus mendatang dan rencananya akan diperpanjang.

"Nah kalau relaksasinya jatuh tempo di Juli atau Agustus, dampaknya seperti apa, mungkin perbankan masih memperhatikan itu," tambah.

Kedua, permintaan kredit yang rendah karena banyak perusahaan yang mengikuti kebijakan amnesti pajak. Ketiga, harga komoditi yang belum terlihat membaik juga jadi pertimbangan perusahaan untuk mengajukan kredit. Sebab, perusahaan masih melakukan konsolidasi untuk menjaga neraca dan profitabilitas perusahaan agar tetap sehat.

Menurut Agus, pertumbuhan kredit di semester kedua tahun ini masih tergantung pada komoditi sumberdaya alam. Jika harga komoditi tersebut di tingkat global membaik maka akan meningkatkan pertumbuhan kredit.

"Kami masih pegang (proyeksi pertumbuhan kredit 2017) 10%-12% dan pertumbuhan dana pihak ketiga 9%-11%. Tetapi year to date tidak terlalu menggembirakan. Tetapi kami harap di semester kedua lebih baik," tambah Agus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×