Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 menggerogoti perekonomian Indonesia. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi domestik pada kuartal I-2020 ini terperosok jauh.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama tahun ini hanya mampu berada di level 2,97% yoy.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia berdasarkan harga konstan pada kuartal I-2020 ini sebesar Rp 2.703 triliun dan atas dasar harga berlaku tercatat sebesar Rp 3.122 triliun.
Baca Juga: BPS: Investasi di kuartal I-2020 tercatat hanya tumbuh 1,70% yoy
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan, Kementerian Koordinator (Kemko) Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir mengatakan bahwa pencapaian pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama tahun ini masih merupakan prestasi.
"Bila dibandingkan dengan negara-negara lain yang tumbuh negatif, pencapaian 2,97% yoy ini masih merupakan prestasi," kata Iskandar kepada Kontan.co.id, Selasa (5/5).
Beberapa negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi negatif pada kuartal I-2020 antara lain Hongkong yang terkontraksi 8,90% yoy, China dengan pertumbuhan negatif 6,80% yoy, Perancis kontraksi 5,40% yoy, serta Italia yang terkontraksi 4,81% yoy.
Iskandar menambahkan, pemerintah telah memasang kuda-kuda untuk menjaga perekonomian Indonesia ke depannya. Bahkan, menurutnya pemerintah telah menambah Belanja dan Pembiayaan Anggaran hingga RP 405,1 triliun untuk penanangan dampak Covid-19 terhadap perekonomian Indonesia.
"Kami akan tetap mempertahankan kebijakan-kebijakan yang sudah kami lakukan tersebut," tambahnya.
Baca Juga: Ini 10 saham net buy terbesar investor asing pada perdagangan Selasa (5/5)
Secara terperinci, ini berarti pemerintah akan terus menjalankan intervensi penanggulangan Covid-19 di bidang kesehatan dengan memberi insentif tenaga medis dan belanja penanganan kesehatan senilai Rp 75 triliun.
Selain itu, menggelontorkan Rp 110 triliun untuk social safety nett dan Rp 70,1 triliun untuk mendukung industri, termasuk menanggung pajak dan bea masuk dan melancarkan stimulus Kredit Usaha Rakyat. Ada juga Rp 150 triliun yang dianggarkan untuk mendukung program pemulihan ekonomi nasional.
Sebagai tambahan, pemerintah juga akan memperhatikan UMKM dengan memberi subsidi bunga 6% selama 3 bulan pertama dan 3% untuk 3 bulan kedua.
Meski begitu, Iskandar juga mengaku kalau stimulus yang telah digelontorkan itu tentu perlu waktu. Apalagi, dengan adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang membuat perekonomian semakin goyah.
Baca Juga: Gara-gara corona, Amerika Serikat akan berutang US$ 3 triliun
"Namun pemerintah akan tetap berdaya dalam menjaga perekonomian dan daya beli masyarakat," ujar Iskandar.
Untuk selanjutnya, Iskandar masih optimis bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2020 ini masih belum akan masuk ke pertumbuhan ekonomi dalam skenario sangat gawat. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi di sepanjang tahun ini masih bisa di level 2,3% yoy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News