kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Percepatan Transisi Energi Hijau di Indonesia Harus Dilakukan secara Kolaborasi


Kamis, 07 September 2023 / 20:24 WIB
Percepatan Transisi Energi Hijau di Indonesia Harus Dilakukan secara Kolaborasi
Wakil Menteri Luar Negeri Pahala Mansury menyampaikan presentasi dengan tema peran Indonesia dan ASEAN dalam percepatan transisi hijau pada hari kedua ASEAN-Indo-Pacific Forum 2023 di Hotel Mulia, Jakarta, Rabu (6/9/2023). ANTARA FOTO/Media Center KTT ASEAN 2023/Galih Pradipta/aww.


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Percepatan transisi energi hijau di Indonesia menjadi hal yang harus segera dilakukan. Untuk melakukannya diperlukan kolaborasi dari banyak pihak, termasuk di dalamnya peran investor asing untuk mengoptimalisasi potensi energi hijau seperti salah satunya panas bumi.

"Indonesia mendorong upaya berkelanjutan dan kolaboratif untuk mempercepat transisi energi hijau dan terdapat tiga prioritas utama, yakni berinvestasi dan mengembangkan ekonomi hijau, memanfaatkan potensi ekonomi biru yang sangat besar, serta mempercepat transformasi digital," kata Wakil Menteri Luar Negeri RI, Pahala Nugraha, saat berbicara pada ASEAN Indo-Pacific Forum di Jakarta, Rabu (06/09/2023)

Pahala mengatakan Indonesia memiliki kekayaan berlimpah dengan peluang investasi yang menjanjikan. Salah satunya adalah energi terbaharukan (EBT), seperti infrastruktur panas bumi, tenaga surya dan angin, dan tenaga ramah lingkungan. 

Baca Juga: Antisipasi Krisis Pangan, ASEAN-Australia Perkuat Kerja Sama Ketahanan Pangan

"Indonesia mempunyai potensi membangun 22 gigawatt tenaga panas bumi, 75 gigawatt tenaga tinggi, 6,6 gigawatt tenaga surya dan angin, serta 60,16 gigawatt tenaga ramah lingkungan," katanya.

CEO PLN Darmawan Prasodjo dalam Diskusi Panel 1-AIPF 2023 mengungkapkan bahwa kolaborasi dalam transisi energi merupakan kunci penting menyeimbangkan trilema energi, yaitu keamanan, keterjangkauan, dan keberlanjutan. 

"Sebagai contoh, saat saya melelang tenaga surya pada tahun 2015, harganya 26 sen per kilowatt jam. Saat saya melelang angin pada tahun 2018, harganya 12 sen per jam per kilowatt jam. Saat ini, harga tenaga surya lima sen, angin hanya 5,5 sen. Jadi, apabila kita berbicara tentang energi bersih maka kita akan mendapatkan biaya yang murah, aman, dan bisa berkelanjutan," kata Darmawan 

Baca Juga: Jokowi Resmi Tutup KTT ASEAN ke-43, Ini Sejumlah Kesepakatan yang Dihasilkan

Terkait dengan komitmen PLN dalam percepatan transisi energi bersih, PLN menujukkan komitmennya dalam upaya pengurangan penggunaan pembangkit listrik tenaga batu bara (PLTU).

Tak hanya itu, Darmawan menambahkan bahwa PLN akan mengembangkan energi gas, hydro, dan panas bumi untuk listrik di Indonesia.

"Saat ini, kami sedang mengurangi pembangkit listrik tenaga batu bara (PLTU) dan sedang mengembangkan pembangkit listrik yang berasal dari gas, air, maupun panas bumi," tambahnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×