Reporter: Choirun Nisa | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Kepala Peneliti Ekonomi ASEAN Bank Standard Chartered Edward Lee Wee Kok menyatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terkerek, salah satunya karena ada perbaikan ekonomi China.
China mencatat pertumbuhan ekonomi 6,9% pada kuartal I-2017 dan kuartal II-2017. Beijing sebelumnya menargetkan pertumbuhan ekonomi 6,5% sepanjang tahun 2017.
"Tiongkok tumbuh lebih baik dari 7 tahun berakhir sejak 2010. Prediksi kami hingga akhir tahun, pertumbuhan ini mencapai 6,8% hingga akhir tahun," ujar Wee Kok, dalam rilis riset "Global Focus Q3 2017 – Swans, Bull and Bears” pada Senin (24/7).
Angka pertumbuhan ekonomi ini, menurut Stanchart, akan digunakan bank sentral China PBOC untuk fokus pada pembayaran utang agar neraca tetap seimbang.
"Meski akan ada pengetatan moneter dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah, Standard Chartered memprediksi pertumbuhan ekonomi Tiongkok akan tetap kuat pada semester kedua," katanya.
Penguatan ekonomi China diyakini mampu menarik pertumbuhan ekonomi negara lain yang menjadi mitra kerjanya, termasuk Indonesia.
"Mereka kan banyak ekspor dari kita. Jadi akan ada efeknya," kata Ekonom Senior Standard Chartered Bank Indonesia Aldian Taloputra
Dia bilang, pangsa ekspor Indonesia ke China mencapai 10%.
"Jadi setiap ekspor ke Tiongkok itu naik 1%, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan naik 0,02%, dengan asumsi peningkatan ekspor sejalan dengan pertumbuhan ekonomi," kata Aldian.
Untuk diketahui, tidak hanya Tiongkok, market share ekspor yang besar lainnya adalah negara Jepang dan Amerika Serikat masing-masing sekitar 10%-11%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News