Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Ketua Bidang Ketenagakerjaan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Bob Azam menilai tingkat penyerapan tenaga kerja Indonesia saat ini semakin menurun bila dibandingkan 10 tahun sampai 20 tahun belakangan.
Bob menjelaskan, situasi ketenagakerjaan Indonesia lebih kompleks. Bukan hanya berbicara tentang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) saja tetapi juga terkait penyerapan tenaga kerja.
“Juga jumlah pencari kerja baru yang tiap tahun masuk pasar kerja, kurang lebih 3 juta tiap tahunnya,” ujarnya kepada KONTAN, Senin (10/3).
Bob mengungkapkan, tingkat penyerapan tenaga kerja tanah air semakin menurun, dibandingkan 10-20 tahun yang lalu. Menurutnya, ini disebabkan investasi yang terparkir di dalam negeri, didominasi pada sektor padat modal.
Baca Juga: Per Agustus, BPS Sebut Penyerapan Tenaga Kerja Naik dan Jumlah Pengangguran Turun
“Semakin turun karena investasi yang masuk di padat modal yang kurang menyerap tenaga kerja, seperti tambang dan smelter. Kalau investasi banyak di smelter atau hilirisasi mungkin tidak banyak penyerapan tenaga kerja, paling banter 100-200 ribu setiap 1% pertumbuhan,” ungkapnya.
Sementara itu, investasi yang masuk di sektor industri pengolahan sangat bergantung pada permintaan dalam negeri yang saat ini dinilai kurang mampu untuk bertumbuh. Alhasil, ini berdampak pada sektor ketenagakerjaan Indonesia.
Untuk itu, Bob menyarankan agar pemerintah bisa mendorong pengembangan industri pemrosesan alias industri padat karya, dalam rangka meningkatkan penyerapan tenaga kerja.
“Industri kita tumbuh 3-4% per tahun, di bawah pertumbuhan nasional yang rata-rata 5%,” terangnya.
Baca Juga: Penutupan Sritex Dampak Dari Persaingan Global dan Tingginya Biaya Tenaga Kerja
Jumlah penyerapan tenaga di Indonesia dapat tercermin dari jumlah kepesertaan di BPJS Ketenagakerjaan. Asumsinya bila terdapat peningkatan tenaga kerja maka jumlah iuran juga akan meningkat.
Berdasarkan informasi yang dihimpun KONTAN dari laman Satudata Kemenaker, hingga Januari 2025 jumlah tenaga kerja peserta aktif program BPJS Ketenagakerjaan adalah 42,67 juta orang. Sedangkan jumlah tenaga kerja non aktif adalah 20,34 juta orang.
Di sisi lain, pada periode Januari-Desember 2024 terdapat 77.965 orang tenaga kerja yang ter-PHK. Jumlah tersebut meningkat 20,21% year on year (yoy), bila dibandingkan periode yang sama tahun 2023 sebesar 64.855 orang ter-PHK.
Selanjutnya: Guyur Stimulus US$ 4,4 Miliar, Thailand Targetkan Pertumbuhan Ekonomi Lebih dari 3%
Menarik Dibaca: Hujan sejak Pagi hingga Malam di Sini, Cek Prakiraan Cuaca Besok (11/3) di Jawa Barat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News