kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penyelesaian tiga bendungan di Sulawesi Selatan dikebut


Sabtu, 17 Februari 2018 / 19:59 WIB
Penyelesaian tiga bendungan di Sulawesi Selatan dikebut
ILUSTRASI. Pembangunan Bendungan


Reporter: Ramadhani Prihatini | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) sebagai salah satu sentra pangan nasional harus terus ditingkatkan produktivitasnya. Untuk meningkatkan keberlangsungan suplai air bagi lahan pertanian di Sulsel, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memacu penyelesaian pembangunan tiga bendungan yakni Bendungan Paselloreng di Kabupaten Wajo, Karalloe di Kabupaten Gowa dan yang baru dimulai konstruksinya adalah Bendungan Pamukkulu di Kabupaten Takalar.

Selain membangun bendungan, Kementerian PUPR juga membangun Daerah Irigasi Baliase yang dilengkapi dengan pembangunan Bendung Baliase di Kabupaten Luwu Utara.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono optimistis penyelesaian bendungan akan tepat waktu. Tapi, PUPR mengupayakan penyelesaian lebih cepat. 

Pasalnya, pembangunan bendungan kini masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN) sehingga biaya pembebasan lahannya dapat menggunakan mekanisme dana talangan. Melalui mekanisme ini kontraktor akan membayar lahan yang telah siap dibebaskan dan nantinya akan dibayarkan oleh Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN).

"Pembangunan Bendungan Paselloreng ditargetkan rampung Desember 2018. Untuk Bendungan Karalloe, konstruksinya memang dimulai lebih dulu, namun sempat mengalami masalah pengadaan lahan, sekarang sudah diselesaikan, mudah-mudahan progres konstruksi lebih cepat lagi. Sementara Bendungan Pamukkulu dalam tahap persiapan yakni penyiapan jalan akses kerja,” kata Basuki pada keterangan tertulisnya, Sabtu (17/2).

Sementara itu Direktur Jenderal Sumber Daya Air Imam Santoso mengatakan, pembangunan bendungan akan dilengkapi dengan pembangunan jaringan irigasi yang disebut sebagai Irigasi Premium atau irigasi yang mendapat jaminan suplai air bendungan. Dengan demikian biaya pembangunan bendungan yang mahal, dapat dipastikan air-nya mengalir sampai ke sawah petani dan sumber air baku masyarakat.

“Irigasi yang suplai air nya bukan dari bendungan, cropping intensity-nya 1-1,5 kali. Dengan suplai air yang berkelanjutan dari bendungan akan meningkat menjadi 2,75 kali. Saat ini dari 7,3 juta hektar irigasi baru 11% yang mendapatkan suplai air dari bendungan dan akan ditingkatkan menjadi 20% melalui pembangunan 65 bendungan yang tengah dilakukan Kementerian PUPR 2015-2019,” kata Imam Santoso.

Progres fisik Bendungan Paselloreng per 14 Februari 2018 sebesar 68,22%. Kapasitas tampung maksimal bendungan yakni 138 juta m3 yang merupakan terbesar dibandingkan Karalloe dan Pamukkulu. Manfaatnya akan mengairi irigasi seluas kurang lebih 7.000 ha dan menjadi sumber air baku untuk 4 kecamatan di Kab. Wajo sebesar 305 liter/detik, konservasi air, pengendali banjir Sungai Gilireng, perikanan air tawar dan pariwisata.

Konstruksi bendungan dikerjakan oleh PT Wijaya Karya – PT Bumi Karsa, KSO (Kerjasama Operasi) dengan biaya Rp 736 miliar. Sementara sebagai konsultan supervisi adalah PT Mettana, PT Timor Konsultan, PT Raya Konsultan KSO dengan nilai Rp 37 miliar.

Progres pembangunan Bendungan Karalloe yang mulai dibangun Desember 2013, sudah mencapai 39,82% dan ditargetkan rampung tahun 2019. Dalam pembangunannya sempat mengalami kendala pengadaan lahan. Namun saat ini lahan yang bebas sudah mencapai 97% dan tersisa 3% atau sekitar 14,5 ha. Kapasitas tampung maksimalnya sebesar 40,53 juta m3.

Konstruksi bendungan dikerjakan oleh PT Nindya Karya (Persero) dengan Rp 568 miliar dan konsultan supervisi oleh PT Widya Graha Asana, PT Tata Guna Patria, PT Bintang Tirta Pratama, PT Catur Bina Guna Persada (KSO) dengan nilai Rp 15 miliar. Manfaat bendungan ini akan mengairi irigasi seluas 7.000 hektar, sumber air baku 440 liter/detik, pembangkit listrik 4,5 MW, pengendali banjir, konservasi air dan pariwisata.

Bendungan Pamukkulu menjadi bangunan terbaru yang dibangun di Sulawesi Selatan. Kontrak pembangunannya ditandatangani pada November 2017 terbagi menjadi 2 paket konstruksi. Paket 1 senilai Rp 852 miliar dikerjakan PT Wijaya Karya (Persero) – PT Daya Mulia Turangga (KSO) untuk pekerjaan diantaranya pembangunan bendungan utama.

Untuk Paket 2 senilai Rp 811 miliar dikerjakan oleh kontraktor PT Nindya Karya dengan pekerjaan relokasi jalan dan rehabilitasi jalan masuk, terowongan pengelak, bendungan pelimpah, dan pekerjaan hidromekanikal. Untuk konsultan supervisi dilakukan oleh PT Indra Karya – PT Virama Karya – PT Bina Karya Persero senilai Rp 53,7 miliar.

Bendungan ini memiliki kapasitas tampung maksimum 82,7 juta m3 dan akan memberi manfaat bagi irigasi seluas 6.150 ha, penyediaan air baku Kota Takalar sebesar 160 liter/detik, pengendalian banjir, konservasi air, pengembangan pariwisata, dan perikanan air tawar.

Pembangunan Daerah Irigasi Baliase

Selain membangun tiga bendungan, potensi air sangat besar dimiliki Sulsel juga dioptimalkan dengan membangun Daerah Irigasi Baliase. Bendung Baliase juga akan memiliki saluran irigasi sekunder sepanjang 207 km serta saluran pembuang sepanjang 114 km. Dibangunnya Daerah Irigasi Baliase, luas lahan potensial yang bisa dikembangkan mencapai 21.900 ha, sementara luas lahan fungsional saat ini baru mencapai 5.900 ha.

Pembangunan daerah irigasi yang sangat luas ini membutuhkan waktu selama tiga tahun sejak November 2015 hingga November 2018. Anggaran Kementerian PUPR yang dibutuhkan mencapai Rp 215 miliar.

“Di lapangan sedang dibangun jaringan irigasi, untuk bendung progresnya sudah mencapai 85% dan penyelesaian kantong lumpur di sisi sebelah kanan. Penataan kawasan sudah dimulai. Seluruh wilayah Bendung Baliase akan kami tanami tanaman produktif,” jelas Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang T. Iskandar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×