kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.950   0,00   0,00%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Pentingnya masyarakat memiliki produk asuransi kritis


Rabu, 24 Juli 2019 / 07:10 WIB
Pentingnya masyarakat memiliki produk asuransi kritis


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Ahmad Febrian

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.   Banyak yang berpikir setelah ikut BPJS Kesehatan, tidak perlu lagi asuransi penyakit kritis, khususnya HIV/AIDS. Itu pemahaman yang keliru, karena keduanya mempunyai fungsi yang berbeda. Perencana Keuangan Zielts Consulting Ahmad Gozali mengatakan, penetrasi asuransi masyarakat terhadap produk asuransi masih rendah, baik itu BPJS Kesehatan maupun asuransi penyakit kritis. Meski telah ikut BPJS Kesehatan ia menyarankan masyarakat juga membeli produk asuransi kritis.

Secara perhitungan psikologis maupun ketenangan batin, setiap orang punya potensi terkena penyakit kritis yang barasal dari kalangan keluarga, teman hingga tetangga. Apalagi jenis penyakit ini paling membebani secara finansial demi membayar kebutuhan pengobatan, biaya keluarga sampai ke pemeriksanaan. “Tentu saja penting memiliki asuransi penyakit kritis karena tidak ada yang berharap untuk mendapatkan klaim penyakit ketika kondisi sehat. Tapi ketenangan batin yang mereka dapatkan saat membeli polis adalah aspek non-finansial,” kata Gozali kepada Kontan.co.id, beberapa waktu lalu.

Menurutnya, melalui asuransi penyakit kritis seperti HIV/AIDS, uang pertanggungan bisa diambil ketika nasabah terserang penyakit kritis sesuai kesepakatan polis di awal. Adapun uang klaim yang dibayarkan bukan hanya untuk pengobatan, tetapi juga biaya non-medis lainnya yang berpotensi membengkak.

Biasanya, bisa medis ditanggung oleh asuransi kesehatan atau BPJS Kesehatan tetapi ketika sakit mereka tidak bisa bekerja selama masa pengobatan. Maka uang pertanggungan tersebut menjadi sesuatu yang bermanfaat sebagai pengganti pendapatan yang diterima.

Biaya lain yang tidak dikover oleh asuransi kesehatan adalah biaya keluarga yang menunggu proses penyembuhan pasien. Serta biaya fasilitas non-medis seperti pakaian khusus, makanan khusus. Tentunya keikutsertaan asuransi penyakit kritis terbantu dari sisi uang pertanggungan. Gozali menilai, fungsi asuransi penyakit kritis ini memang berbeda dengan asuransi kesehatan yang berfungsi sebagai mengganti biaya pengobatannya saja. Jika dinilai perlu atau merasa khawatir terjadi risiko penyakit kritis, maka tidak bisa cukup dengan memperbesar asuransi utamanya saja, tetapi juga perlu membeli asuransi penyakit kritis.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan bagi pemula yang ingin membeli produk asuransi HIV/AID. Pertama, mengetahui jejak rekam perusahaan yang menyedikan produk asuransi ini. Pilihlah perusahaan yang terpercaya dan sehat secara finansial karena ini kontrak jangka panjang. Kedua, cari apa saja jenis layanan dan manfaat yang diberikan kepada nasabah. Karena banyak nasabah yang kecewa bukan dari asal perusahaannya, tetapi pemahaman yang salah atau produk yang diberikan tidak sesuai ekspetasi awal. “Dari sisi produknya, perlu dipelajari terlebih dahulu cakupan risikonya, kemudian pahami penyakit apa saja saja yang ditanggung, lalu tahapannya seperti apa dan bagaimana cara pembayaran klaimnya,” jelas Gozali.

Kata Gozali, jangan sampai masyarakat kecewa karena tidak membaca polis secara teliti. Maka itu manfaatkan kesempatan padat masa free look, yaitu ketika pemegang polis dapat membatalkan polis jika ada penjelasan agen asuransi tidak sesuai perjajanjian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×