kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.191.000   16.000   0,74%
  • USD/IDR 16.742   -34,00   -0,20%
  • IDX 8.099   58,67   0,73%
  • KOMPAS100 1.123   8,34   0,75%
  • LQ45 803   6,91   0,87%
  • ISSI 282   2,37   0,85%
  • IDX30 422   3,62   0,87%
  • IDXHIDIV20 480   0,21   0,04%
  • IDX80 123   1,39   1,14%
  • IDXV30 134   0,51   0,38%
  • IDXQ30 133   0,20   0,15%

Pengusaha keberatan dibebani iuran Tapera


Selasa, 12 Desember 2017 / 21:54 WIB
Pengusaha keberatan dibebani iuran Tapera


Reporter: Ramadhani Prihatini | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengusaha merasa keberatan jika harus ikut menanggung iuran Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) . Lantaran pengusaha sudah cukup merasa berat dengan sejumlah tanggungan iuran bagi pemberi kerja ini.

Wakil Ketua Umum kamar dagang dan industri (Kadin) Bidang Kebijakan Moneter, Fiskal dan Publik, Raden Pardede bilang saat ini beban pengusaha sudah berat.

Meski pemberi kerja hanya dibebankan 0,5% untuk Tapera, namun pemerintah harus melihat kondisi ekonomi saat menerapkan pembebanan iuran.

"Menurut saya dibuat secara gradual saja, itu harus dilihat pada saat keadaan ekonomi lagi melemah, jangan dibebani dulu. Kalau tidak ekonominya jadi ngerem," kata Raden Pardede kepada Kontan.co.id, Selasa (12/12).

Dia menyatakan pengusaha sudah cukup berat dengan berbagai iuran untuk pekerja saat ini namun produktivitas pekerja masih di bawah rata-rata negara tetangga. Maka itu, dia meminta pemerintah untuk memperkuat training pekerja ketimbang pembebanan dunia usaha.

Ketua Gabungan Pengusaha Makanan & Minuman Indonesia (Gapmmi), Adhi S. Lukman mengatakan pemberi kerja sudah berat dengan iuran untuk BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan maupun dana pensiun yang berkisar 9%-11% per bulan dari gaji pekerja.

Ini diakuinya menekan keuangan industri makan dan minuman karena ia bilang masa produksi rata-rata hanya sembilan bulan per tahun.

Menurutnya kenaikan ongkos pekerja di industri makanan dan minuman bisa makin menekan profit dari industri ini. Maklum saja, harga produk makanan dan minuman sulit untuk dinaikkan meski hanya beberapa persen.

"Pada akhirnya ini akan membebani konsumen dan akan melemahkan daya beli, karena harga mesti dinaikkan," ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

[X]
×