kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Pengusaha keberatan dibebani iuran Tapera


Selasa, 12 Desember 2017 / 21:54 WIB
Pengusaha keberatan dibebani iuran Tapera


Reporter: Ramadhani Prihatini | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengusaha merasa keberatan jika harus ikut menanggung iuran Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) . Lantaran pengusaha sudah cukup merasa berat dengan sejumlah tanggungan iuran bagi pemberi kerja ini.

Wakil Ketua Umum kamar dagang dan industri (Kadin) Bidang Kebijakan Moneter, Fiskal dan Publik, Raden Pardede bilang saat ini beban pengusaha sudah berat.

Meski pemberi kerja hanya dibebankan 0,5% untuk Tapera, namun pemerintah harus melihat kondisi ekonomi saat menerapkan pembebanan iuran.

"Menurut saya dibuat secara gradual saja, itu harus dilihat pada saat keadaan ekonomi lagi melemah, jangan dibebani dulu. Kalau tidak ekonominya jadi ngerem," kata Raden Pardede kepada Kontan.co.id, Selasa (12/12).

Dia menyatakan pengusaha sudah cukup berat dengan berbagai iuran untuk pekerja saat ini namun produktivitas pekerja masih di bawah rata-rata negara tetangga. Maka itu, dia meminta pemerintah untuk memperkuat training pekerja ketimbang pembebanan dunia usaha.

Ketua Gabungan Pengusaha Makanan & Minuman Indonesia (Gapmmi), Adhi S. Lukman mengatakan pemberi kerja sudah berat dengan iuran untuk BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan maupun dana pensiun yang berkisar 9%-11% per bulan dari gaji pekerja.

Ini diakuinya menekan keuangan industri makan dan minuman karena ia bilang masa produksi rata-rata hanya sembilan bulan per tahun.

Menurutnya kenaikan ongkos pekerja di industri makanan dan minuman bisa makin menekan profit dari industri ini. Maklum saja, harga produk makanan dan minuman sulit untuk dinaikkan meski hanya beberapa persen.

"Pada akhirnya ini akan membebani konsumen dan akan melemahkan daya beli, karena harga mesti dinaikkan," ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×