kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Pengusaha cemas teror bom merebak


Senin, 10 September 2012 / 07:20 WIB
Pengusaha cemas teror bom merebak
ILUSTRASI. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kanan) berbincang dengan Kepala Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Provinsi DKI Jakarta, Suzi Marsitawati (kiri) saat meninjau area pemakaman khusus COVID-19 di TPU Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara, Kamis (15/7/2021).


Reporter: Dadan M. Ramdan | Editor: Dadan M. Ramdan

JAKARTA. Rasa aman di Ibukota mulai terkoyak. Penemuan bahan peledak di Tambora, Jakarta Barat dan menyusul ledakan bom rakitan di Depok, Jawa Barat, setidaknya memberikan sinyalemen teror bom kembali mengancam Jakarta.

Efek teror bom ini tak hanya menimbulkan kekhawatiran masyarakat, kalangan pengusaha pun turut cemas. Jika gangguan keamanan ini tidak segera dihentikan, bakal berdampak serius terhadap kelangsungan investasi karena Jakarta mendapat stempel tidak aman.

Haryadi Sukamdani, Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Bidang Moneter, Fiskal dan Kebijakan Publik mengatakan, teror bom secara langsung atau tidak berdampak pada investasi. "Yang paling terpengaruh mungkin ke ritel. Masyarakat jadi takut pergi ke pusat perbelanjaan karena takut ada bom," paparnya, kemarin.

Menurutnya, rasa aman sangat penting untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif. Investor membutuhkan penegakan hukum yang jelas dan pasti. Maka itu, kasus teror bom harus ditangani sampai tuntas sehingga tidak terjadi berulang-ulang. "Kami yakin Densus atau Polri bisa menanganinya, karena jaringan teroris yang beraksi masih itu-itu juga," kata Haryadi.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Djimanto sependapat, teror bom bisa mengganggu investasi tapi tergantung intensitasnya. "Kalau jarang dan langsung ditangani dengan tepat, tidak begitu berpengaruh besar," jelasnya.

Djimanto bilang, pengusaha merasa terganggu jika situasi keamanan sudah tidak terkendali. Tapi, dia yakin, sejauh ini pemerintah sudah cukup baik dalam mengatasi kasus bom. "Dalam penanganan teror bom, Indonesia jauh lebih baik ketimbang negara lain," akunya.

Menurut dia, tak hanya terorisme, konflik horizontal di dalam masyarakat juga berpotensi mengganggu kenyamanan berbisnis di Indonesia. "Makanya harus banyak ciptakan lapangan kerja untuk mengurangi ketimpangan sosial," imbuhnya.

Asal tahu saja, Sabtu (8/9), bom rakitan meledak di Beji, Depok, mengakibatkan empat orang terluka. Polisi juga menemukan sejumlah granat, senjata api dan bahan peledak. Sebelumnya, bom rakitan juga ditemukan di Tambora, Jakarta Barat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×