Reporter: Grace Olivia | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak awal tahun, nilai tukar rupiah jauh lebih bertenaga dan bergerak stabil di kisaran Rp 14.000 - Rp 14.200 per dollar Amerika Serikat (AS). Kendati begitu, ekonom menilai penguatan nilai tukar masih cenderung terbatas di tengah ketidakpastian perekonomian global yang masih tinggi di tahun ini.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, tekanan eksternal terhadap rupiah di tahun ini memang tak sebesar tahun lalu. Terutama, lantaran kenaikan Fed Fund Rate telah diproyeksikan melambat menjadi hanya dua kali sepanjang tahun ini.
"Dengan kondisi perekonomian AS melambat dan inflasi berpotensi tertahan, kemungkinan kenaikan suku bunga AS pun mengecil bahkan diprediksi bisa juga menjadi hanya sekali di tahun ini," kata Faisal, Rabu (30/1).
Namun, di sisi lain, tekanan eksternal bagi rupiah masih tetap ada yakni ketidakpastian polemik dagang antara AS dan China. Kenaikan suku bunga The Fed pun, menurut Faisal, tetap akan mempengaruhi volatilitas rupiah nantinya meski tak sesignifikan yang terjadi pada 2018 lalu.
"Hitungan kami, rata-rata nilai tukar rupiah sepanjang tahun ini di sekitar levelnya saat ini yaitu Rp 14.000 sampai Rp 14.100 per dollar AS. Saya kira rupiah tidak undervalue, tapi justru berada dilevel fair value-nya saat ini " ujar Faisal.
Kepala Ekonom Standard Chartered Bank Indonesia Aldian Taloputra sebelumnya, juga memperkirakan, penguatan rupiah hanya akan bertahan di semester pertama pada level Rp 13.800 - Rp 14.000 per dollar AS. Sementara, di semester kedua, nilai tukar akan lebih tertekan pada kisaran Rp 14.000 - Rp 14.600.
"Kami lihat di semester-II The Fed akan menaikkan suku bunga sebanyak dua kali dengan besaran masing-masing 25 bps. Bank-bank sentral dunia pun masih akan memperketat likuiditasnya sehingga akan menjadi risiko bagi emerging market," ujarnya.
Adapun, Aldian memproyeksikan, BI juga akan kembali menaikkan suku bunganya sebanyak satu kali pada kuartal-III 2019 sebesar 25 bps.
Senada, Ekonom Maybank Indonesia Myrdal Gunarto berpendapat, kondisi rupiah masih dibayangi oleh sentimen global maupun fundamental domestik yakni, posisi CAD (current account deficit). Ia juga enggan menyimpulkan bahwa kondisi rupiah saat ini sudah mencapai fair value-nya.
"Seperti tahun lalu saja, rupiah menguat pada periode Januari sampai Februari, tapi kmudian melemah sampai Oktober," tuturnya, Rabu (30/1).
Proyeksi Myrdal, nilai tukar rupiah di akhir tahun bakal berada di level Rp 14.600 per dollar AS. Sementara, secara rata-rata ilai tukar rupiah sepanjang 2019 ditaksir Rp 14.301 per dollar AS.
"Kami berasumsi, kondisi CAD masih akan terjadi yang berarti kebutuhan riil dollar domestik masih tinggi, meski volatilitasnya tidak akan sebesar 2018," ujar Myrdal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News