Reporter: Grace Olivia | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak awal tahun, nilai tukar rupiah jauh lebih bertenaga dan bergerak stabil di kisaran Rp 14.000-Rp 14.200 per dollar Amerika Serikat (AS). Bank Indonesia menilai, penguatan nilai tukar rupiah masih berpotensi berlanjut lantaran masih berada dalam kondisi undervalued.
"Nilai tukar rupiah saat ini masih undervalued dan kondisi ini akan semakin mendukung upaya untuk menurunkan defisit transaksi berjalan (CAD) di sepanjang tahun ini," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo, Rabu (30/1).
Saat ini, lanjut Perry, BI memandang nilai tukar rupiah ke depan masih akan bergerak stabil dan cenderung menguat. Ia menjelaskan, ada empat faktor yang menjadi dasar proyeksi BI tersebut.
Dari sisi global, pertama, kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserve masih diperkirakan akan tertahan sebanyak dua kali di tahun ini. Dibandingkan tahun lalu dengan kenaikan sebanyak empat kali, sentimen The Fed terhadap rupiah tahun ini diproyeksi akan jauh lebih kecil.
Kedua, BI melihat kepercayaan investor terhadap pasar keuangan Indonesia berangsur pulih. Hal ini terlihat dari arus modal asing yang masuk sejak awal tahun hingga kemarin mencapai sekitar Rp 19 triliun. Arus inflow tersebut terlihat baik di instrumen saham, maupun di Surat Berharga Negara (SBN).
"Masuknya aliran modal asing akan menambah suplai pasar valas dan karenanya akan mendukung stabilitas dan penguatan rupiah," imbuh Perry.
Ketiga, kondisi fundamental perekonomian Indonesia juga dinilai semakin membaik. Hal ini terlihat dari terjaganya laju pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi yang rendah, serta defisit fiskal yang jauh mengecil dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Di sisi lain, risiko defisit transaksi berjalan (CAD) diyakini akan semakin berkurang di tahun ini di tengah proyeksi BI yang menargetkan CAD pada level 2,5% terhadap produk domestik bruto (PDB).
Terakhir, Perry menyatakan, mekanisme pasar valas saat ini pun kian membaik dengan likuiditas yang meningkat. "Tidak hanya mekanisme di pasar tunai atau spot, tapi juga di pasar swap dan pasar DNDF (domestic non-deliverable forward) yang sudah kami luncurkan sejak November tahun lalu," katanya.
Pasar DNDF diklaim Perry semakin aktif dengan pelaku yang tak hanya didominasi oleh korporasi perbankan dalam negeri, tetapi juga oleh investor asing. Perbaikan mekanisme pasar tersebut dinilai semakin mendukung stabilitas rupiah ke depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News