kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Pengemis angpau imlek ini rugi, kok bisa?


Jumat, 31 Januari 2014 / 15:20 WIB
Pengemis angpau imlek ini rugi, kok bisa?
ILUSTRASI. Kemendag masih menunggu hasil akhir dari sengketa larangan ekspor bijih nikel Indonesia. REUTERS/Yusuf Ahmad/File Photo


Sumber: Kompas.com | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Tak semua pengemis yang memenuhi pelataran Wihara Petak Sembilan, Glodok, Jakarta Barat, Jumat (31/1/2014), mendapat peruntungan pada hari raya Tahun Baru Imlek. Ada pula yang justru merugi karena telah mengeluarkan ongkos tetapi tak mendapat angpau.

Nani (48), yang datang bersama Rani (23), anaknya, kurang beruntung hari ini. Berimpitan dengan ratusan pengemis lainnya, Rani menggendong Lia, anaknya yang masih berusia 3 tahun. Tangisan Lia tak menggugah para jemaat mengulurkan angpau kepada Rani.

Nani dan Rani  mengaku baru kali ini "mengadu peruntungan" di Petak Sembilan. Sehari-hari, Nani bekerja sebagai buruh cuci. Karena kondisi kesehatan yang sudah memburuk, dia hanya mencuci untuk satu rumah tangga dengan upah Rp 300.000 per bulan.

Sementara Rani bekerja di perusahaan konveksi. Penghasilannya tidak menentu. Jika pesanan ramai, dalam seminggu, dia bisa mendapatkan Rp 250.000. Namun, jika sedang sepi, penghasilannya kurang dari Rp 200.000 per minggu. Tidak ada penghasilan tambahan.

Suami Nani sudah meninggal sejak lama, sementara suami Rani yang bekerja di luar kota tidak lagi mengirimkan uang sejak beberapa bulan yang lalu. "Semenjak ribut kemarin, dia udah enggak pernah kirim uang lagi. Mungkin sekarang sudah punya cewek lain di sana," ujar Rani lirih.

Akhirnya, karena hari ini mendapatkan jatah libur dari tempat kerjanya masing-masing, mereka memutuskan untuk mencari peruntungan di Wihara Petak Sembilan. Ini adalah kali pertama mereka mencari nafkah di wihara.

"Ini juga tahu dari teman, akhirnya kita ke sini aja, daripada di rumah enggak ada penghasilan," kata Nani.

Saat matahari baru keluar dari persembunyiannya, mereka berangkat naik kereta, lalu lanjut menumpang angkutan umum. Total, mereka harus mengeluarkan uang Rp 12.000 untuk mencapai Wihara Petak Sembilan ini.

Namun, hingga pukul 09.30 WIB, mereka belum juga mendapatkan angpau yang diharapkan. Sebenarnya, mereka berniat untuk menunggu hingga sore atau bahkan malam hari. Namun, Lia sudah terus-menerus menangis mengajak pulang dari tadi.

Kondisi di pelataran wihara yang harus berimpit-impitan dengan pengemis lain sepertinya membuat Lia tidak kerasan berada lama-lama di sana.

Bebagai upaya dilakukan oleh Rani dan Nani untuk menenangkan sang buah hati. Namun, tidak ada upaya yang berhasil. Karena tak tega melihat Lia yang terus menangis, akhirnya, di tengah-tengah perbincangan dengan Kompas.com, mereka memutuskan untuk meninggalkan wihara dan pulang ke rumah.

Alih-alih mendapatkan uang melimpah dari angpau yang dibagikan jemaat, mereka justru harus merugi. "Izin pulang dulu ya Mas. Enggak apa-apalah daripada anak nangis terus. Mungkin belum rezekinya," kata Nani sambil beranjak meninggalkan lokasi. (Ihsanuddin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×