kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.164   36,00   0,22%
  • IDX 7.054   70,33   1,01%
  • KOMPAS100 1.054   13,86   1,33%
  • LQ45 829   11,75   1,44%
  • ISSI 214   1,20   0,57%
  • IDX30 423   6,45   1,55%
  • IDXHIDIV20 509   7,25   1,44%
  • IDX80 120   1,59   1,34%
  • IDXV30 125   0,66   0,53%
  • IDXQ30 141   1,87   1,34%

Pengamat:Jangan salahkan Rhoma ingin jadi Presiden


Rabu, 15 Januari 2014 / 13:11 WIB
Pengamat:Jangan salahkan Rhoma ingin jadi Presiden
ILUSTRASI. Promo Indomaret Super Hemat Periode 24-30 Agustus 2022


Sumber: Kompas.com | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Pengamat Politik Soegeng Sarjadi menilai tidak ada yang salah jika pedangdut Rhoma Irama mempunyai keinginan untuk menjadi seorang presiden. Dia mengingatkan masyarakat untuk tidak menyalahkan dan menyerang bakal calon presiden dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu.

"Kita lihat sekarang, Rhoma Irama, seorang penyanyi dangdut, ingin menjadi seorang presiden. Melawan Pak Irman. Tapi jangan salahkan dia, do not offend him," kata Soegeng saat membuka seri Kuliah Umum Kandidat Presiden 2014 dengan peserta Irman Gusman di Jakarta, Rabu (14/1).

Menurut Soegeng, dalam sistem negara kita yang menjunjung tinggi demokrasi, siapa saja diizinkan untuk maju sebagai calon presiden. Oleh karena itu, Rhoma yang seorang penyanyi dangdut pun, menurut dia, berhak untuk mencalonkan diri.

"Karena itu memang sistem yang kita bangun, sistem yang kita berikan sendiri kepada dia," ujar pendiri Soegeng Sarjadi Syndicate itu.

Dia membandingkan era demokrasi kini dengan era orde baru di zaman Soeharto dulu. Menurutnya, di zaman itu, pemuda tidak mungkin mempunyai cita-cita untuk jadi presiden karena sistem yang otoriter.

"Jaman kita dulu jangan mimpi jadi presiden. Paling mentok cita-cita dulu itu jadi rektor. Sekarang anybody can be somebody," ujarnya.

Oleh karena itu, menurut Soegeng, dengan berbagai kekurangannya, sistem demorasi saat ini jauh lebih baik dibandingkan jaman orde baru dulu. Di jaman otoriter itu, setiap orang tidak mampu mengekspresikan dan membebaskan dirinya sehingga aspirasi publik tak mampu berkembang.

"Tetapi apapun oligarki yang ada sekarang masih lebih baik daripada diktatorial seperti orde baru dulu. Ada diktator pastinya ada represi di dalam pemerintahan," pungkas dia.

Seperti diberitakan, pencapresan Rhoma dipandang sebelah mata oleh berbagai pihak. Raja dangdut itu dinilai tidak layak untuk menjadi pemimpin nasional. Rhoma juga dianggap hanya dimanfaatkan oleh PKB untuk meningkatkan elektabilitas menjelang Pileg.

Atas situasi itu, Rhoma tetap terus mengkampanyekan diri sebagai bakal capres. PKB sudah membantah memanfaatkan Rhoma. Selain Rhoma, internal PKB juga mengusung Jusuf Kalla dan Mahfud MD sebagai bakal capres 2014. (Ihsanuddin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×