kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pengamat: PKB harus realistis soal infrastruktur


Rabu, 05 Maret 2014 / 22:50 WIB
Pengamat: PKB harus realistis soal infrastruktur
ILUSTRASI. Hotel Royal Ambarrukmo


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Pengamat Ekonomi dari Universitas Ma Chung, Dodi Arifianto menilai program infrastruktur Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) secara teori patut diapresiasi. Namun ia bilang program infrastruktur itu harus juga realistis. 

Pasalnya, selama ini, masyarakat sudah jenuh dan bosan dengan janji-janji parpol yang tidak direalisasikan. "Jadi jangan janji-janji manis saja," ujarnya kepada KONTAN, Rabu (5/3).

Program pembangunan jalan tol trans Sumatera, Trans Jawa, Trans Sulawesi hingga trans Papau, yang dijanjikan PKB tidaklah mudah direalisasikan. Dodi bilang, pembebasan lahan masih tetap menjadi kendala utama pembangunan infrastruktur, kendati sudah ada UU agraria yang baru. 

"Tetap saja nanti ada perlawanan dari berbagai pihak dan bahkan dari lawan politik bila PKB misalnya ngotot menjalankan UU agraria yang baru itu," terangnya.

Kendati begitu, masalah infrastruktur tetap menjadi perhatian utama para pebisnis di Indoensia. Dan jalan tol bukanlah satu-satunya solusi untuk meningkatkan konektivitas barang dan jasa di Indonesia. Dodi bilang, PKB juga harus melirik kereta api dan kapal laut sebagai jalur alternatif untuk meningkatkan konektivitas pengangkuan barang dan jasa. 

Pembangunan double track rel kereta api bisa menjadi solusi. Demikian juga dengan pembangunan pelabuhan yang lebih modern, efisien dan cepat.

Sementara, terkait janji PKB yang menganggarkan 30% untuk pembangunan infrastruktur dari APBN, dinilai terlalu mengada-ngada. Pasalnya, hal itu tidak mudah direalisasikan, harus ada salah satu yang dihapus atau dikurangi jatahnya. "Apakah PKB berani mengurangi subisdi?" terang Dodi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×