Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengamat Ekonomi Bhima Yudhistira memproyeksikan neraca dagang Indonesia akan mengalami defisit pada Maret 2019 ini sebesar US$ 100 juta hingga US$ 200 juta. Proyeksi defisit ini terjadi lantaran harga minyak mentah yang meningkat pada Maret.
Ia melanjutkan, selain harga minyak mentah yang mulai mendaki, kegiatan industri yang telah mulai melakukan normalisasi produksi kembali mendorong impor bahan baku dalam jumlah yang lebih besar.
Apalagi menurut Bhima, ekspor di Maret belum mengalami perbaikan yang signifikan. Bahkan, ekspor akan mengalami perlambatan secara year on year. "Ini karena permintaan sawit dan karet global masih lemah," ujar Bhima kepada Kontan.co.id, Jumat (12/4).
Lebih lanjut, ia menerangkan lemahnya permintaan global atas barang dari Indonesia pun disebabkan pertumbuhan global yang melambat, serta perang dagang yang masih terjadi. Penurunan permintaan ini berdampak pada harga komoditas yang rendah.
Bhima mengingatkan perlunya kewaspadaan atas defisit yang meningkat jelang bulan puasa atau Ramadan. "Konsumsi masyarakat yang tinggi terhadap pangan mau tidak mau mendorong impor pangan lebih tinggi," jelas Bhima.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News