Reporter: Margareta Engge Kharismawati |
JAKARTA. Realisasi penerimaan pajak masih jauh dari target. Sektor yang mengalami penurunan paling dalam adalah pertambangan dan penggalian.
Realisasi penerimaan pajak hingga 24 September 2013 sebesar Rp 616,080 triliun atau baru 61,95% dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2013 Rp 995,2 triliun.
Sektor pertambangan dan penggalian menyumbang 6,02% dari realisasi yakni sebesar Rp 37,11 triliun. Pencapaian ini dibanding periode yang sama tahun 2012 lalu turun 25,66%, di mana sektor ini pada 2012 mencapai Rp 49,92 triliun.
Melemahnya penerimaan di sektor pertambangan ini akibat lesunya ekspor yang disebabkan menurunnya harga komoditas. "Penerimaan pajak di sektor ekspor belum baik," terang Dirjen Pajak Fuad Rahmany pekan lalu.
Setelah pertambangan, selanjutnya penerimaan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan. Hanya saja, penurunannya tidak sedalam sektor tambang, yaitu hanya 7,72% dibanding tahun 2012 lalu. Hingga 24 September 2013, penerimaan di sektor ini mencapai Rp 10,91 triliun. Di tahun lalu, penerimaannya Rp 11,82 triliun.
Dirjen Pajak Fuad Rahmany menjelaskan realisasi penerimaan pajak di tahun ini memang berat. Salah satu sektor yang susah untuk dikejar realisasinya adalah pertanian. "Karena pelaku-pelaku ekonomi di sana kecil jadi susah," ujar Fuad, Jumat lalu (27/9).
Di sektor lai yang mengalami pertumbuhan pesat adalah real estate. Sektor ini hingga 24 September 2013 penerimaannya mencapai Rp 14,24 triliun atau tumbuh 32,52% dibanding 2012.
Perdagangan mengalami pertumbuhan namun lambat. Perdagangan besar dan eceran hingga 24 September realisasinya Rp 80,91 triliun, tumbuh 10,57% dibanding 2012. Di 2012, realisasi mencapai Rp 73,18 triliun.
Nah, apabila dibanding dengan tahun 2011, penerimaan 2012 yang mencapai Rp 73,18 triliun itu naik 20,38%.
Daya beli masyarakat lemah
Lambatnya penerimaan ini, dinilai Plt Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro sebagai akibat dari kemungkinan daya beli masyarakat yang menurun.
"Meskipun secara pertumbuhan masih tinggi," tandas Bambang.
Pengamat Perpajakan dari Universitas Indonesia Darussalam menilai menurunnya penerimaan di sektor pertambangan memang dipicu pelemahan ekspor. Terlebih, sektor tambang adalah salah satu sektor yang memberikan sumbangan pajak terbesar selama ini.
Berbagai sektor yang mengalami perlambatan pun jelas mempengaruhi penerimaan. "Karena lemahnya konsumsi berpengaruh pada penerimaan tingkat PPN (Pajak Pertambahan Nilai)," terang Darussalam.
Secara garis besar, Darussalam menilai penerimaan pajak di tahun ini akan berat untuk mencapai target. Apabila bisa mencapai nilai yang sama dengan tahun 2012 saja sudah sangat baik.
Hingga akhir 2012 realisasi penerimaan pajak dalam negeri mencapai Rp 930,5 triliun atau 96,1% dari target APBNP 2012 sebesar Rp 968,3 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News