Reporter: Agus Triyono | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) berupaya mengarahkan investasi langsung yang masuk ke Indonesia untuk memproduksi barang dengan tujuan ekspor. Tujuannya agar neraca perdagangan Indonesia bisa kembali surplus.
Berdasarkan catatan BKPM sepanjang Januari-September 2012, sudah ada rencana investasi yang nilainya mencapai Rp 679 triliun. Kepala BKPM Muhammad Chatib Basri bilang, kebijakan ini diterapkan agar saat nanti rencana investasi tersebut benar- benar terealisasi tidak akan mengganggu stabilitas neraca transaksi berjalan atawa current account Indonesia.
BKPM mengklaim, sudah ada beberapa investor berhasil digaet oleh BKPM dan mau untuk mengarahkan hasil produksi mereka untuk tujuan ekspor.
Investor pertama adalah L`oreal, pabrik kosmetik asal Prancis yang berkomitmen untuk berinvestasi sebesar US$ 1 miliar untuk membangun pabrik kosmetika terbesar di dunia, November nanti.
Perusahaan tersebut bersedia menjual sebagian produksinya ke beberapa negara di kawasan Asia Tenggara. "Jadi setelah mereka buka 7 November nanti, mereka hanya akan menjadikan Indonesia sebagai production base saja untuk wilayah Asia Tenggara, itu artinya mereka sepakat bahwa hasil produksi itu akan diekspor," kata Chatib, Rabu (24/10).
Komitmen kedua datang dari Astra Daihatsu Motor yang beberapa waktu lalu menanamkan investasinya sebesar Rp 2,1 triliun di Indonesia. Perusahaan perakit otomotif raksasa di Indonesia ini sudah mulai memasarkan hasil produksinya ke luar negeri. Bahkan, ekspor yang dilakukan oleh Daihatsu sampai saat ini setiap bulannya sudah mencapai 900 unit mobil.
Menteri Keuangan Agus Martowardojo mendukung upaya BKPM ini. Menurut dia pengalihan orientasi investasi menuju investasi berbasis ekspor perlu dilakukan agar bisa menjaga pertumbuhan ekonomi agar tetap stabil. Apalagi saat ini peran investasi terhadap pertumbuhan ekonomi sangat besar. "Investasi memang masih menjadi mesin yang bisa diandalkan untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan, maka itu perlu jaga agar itu tidak hanya berorientasi pasar dalam negeri saja, untuk ekspor juga harus ditingkatkan," kata Agus.
Meskipun pemerintah mengarahkan investor untuk mengekspor kembali produk mereka, Chatib bilang, investor ini tidak meminta imbalan fasilitas dari Pemerintah Indonesia. "Sampai saat ini saya belum melihat mereka apakah mereka perlu diberi insentif atau tidak karena selama ini mereka langsung bilang oke saja ketika kita minta itu," terang Chatib.
Catatan saja, derasnya arus investasi yang masuk beberapa bulan belakangan lalu sempat mengganggu stabilitas current account Indonesia. Bank Indonesia mencatat, defisit transaksi berjalan pada kuartal kedua tahun 2012 lalu mengalami defisit sampai dengan US$ 6,9 miliar atau mencapai 3,1% dari produk domestik bruto.
BI memperkirakan, angka defisit current account akan sedikit mereda di kisaran US$ 5,7 miliar atau sekitar 2,2% dari produk domestik bruto. Penyebabnya antara lain aliran barang impor yang masuk mulai reda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News