Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saat ini, elektrifikasi transportasi publik memasuki babak awal. Kementerian Perhubungan, Pemerintah Daerah, maupun sektor swasta mulai mengembangkan berbagai layanan transportasi publik dengan kendaraan listrik.
Ahmad Yani, Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menjelaskan, Kemenhub mempunyai beberapa target utama dalam menyelesaikan permasalahan lingkungan sub sektor transportasi
darat.
Seperti menggandeng Institute for Transportation and Development Policy (ITDP), ViriyaENB dan stakeholder lain
melanjutkan studi-studi yang mendukung pencapaian transportasi hijau.
Di antaranya termasuk peta jalan transformasi kawasan perkotaan yang ramah pejalan kaki dan pesepeda atau kota berorientasi transit dan peta jalan elektifikasi kendaraan barang di jalan.
ITDP Indonesia dan ViriyaENB telah menyusun peta jalan elektrifikasi transportasi publik di Kota Surabaya, Surakarta, dan Pekanbaru. "Kolaborasi seperti ini sangat penting untuk mendampingi pemerintah daerah dalam merancang rencana aksi
yang konkret dan terukur," kata Yani, dalam rilis ke Kontan.co.id, Senin (23/6).
Direktur Eksekutif ViriyaENB, Suzanty Sitorus menekankan pentingnya sinergi antara reformasi layanan dan elektrifikasi transportasi. Menurut dia, ektrifikasi kendaraan harus diiringi dengan perbaikan sistem transportasi publik yang menyeluruh.
Kombinasi keduanya adalah kunci untuk menciptakan layanan yang lebih adil, berkelanjutan, dan rendah emisi, terutama di kawasan perkotaan yang memiliki penduduk lebih banyak dan dengan kebutuhan mobilitas yang tinggi.
"Kami melihat studi ini sebagai langkah strategis yang tidak hanya memberikan arah kebijakan bagi pemerintah daerah, tetapi juga mendorong pembelajaran konkret bagi kota-kota di Indonesia," papar Suzanty.
Baca Juga: Bus Listrik CKD TransJakarta dari VKTR dan Laksana Resmi Beroperasi
Direktur Asia Tenggara ITDP, Gonggomtua Sitanggang menjelaskan beberapa poin penting dari studi. Seperti implementasi penuh bus listrik di tiga kota -Pekanbaru, Surabaya dan Surakarta- berpotensi menurunkan emisi gas rumah kaca hingga 66,67% pada tahun 2040 d
Lalu penggunaan bus listrik yang dikombinasikan dengan perubahan model kontrak di tiga kota tersebut berpotensi menurunkan kebutuhan subsidi per bus hingga 30%, dibandingkan dengan penggunaan bus konvensional.
“Ini membuktikan bahwa elektrifikasi transportasi publik adalah langkah strategis yang tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga memberikan efisiensi biaya yang signifikan. Sehingga memperkuat daya saing dan keberlanjutan sistem layanan transportasi secara keseluruhan,” ujar Gonggom.
Kebutuhan pengadaan bus listrik dan infrastuktur pengisian daya di ketiga kota diperkirakan mencapai Rp 2,45 triliun hingga 2036. Namun, investasi ini dapat menghasilkan manfaat sosial dan ekonomi. Seperti pengurangan kasus penyakit pernafasan.
Estimasi rasio manfaat biaya di ketiga kota menunjukkan hasil positif antara 1,38 hingga 2,17. Berpotensi mengurangi 745 kasus tuberkulosis dan pneumonia hingga tahun 2040 melalui elektrifikasi transportasi publik.
Selanjutnya: Simak Prospek dan Rekomendasi Saham untuk Emiten Konstruksi Swasta di Semester II
Menarik Dibaca: 5 Efek Samping Bra yang Terlalu Longgar, Bikin Payudara Kendur!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News