Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi dan Pertamax mulai Sabtu (3/9). Di mana, harga Pertalite menjadi Rp 10.000 per liter dari sebelumnya Rp 7.650 per liter dan Solar naik dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter. Sementara harga Pertamax naik dari Rp 12.500 menjadi Rp 14.500 per liter.
Sejalan dengan kenaikan tersebut, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan bahwa pemerintah menambah kuota Pertalite di tahun ini, dari 23,05 juta kilo liter (kl) menjadi 29 juta kl.
Penambahan kuota Pertalite tersebut seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas masyarakat di luar sejalan dengan pemulihan ekonomi yang terus berjalan.
Sebelumnya pemerintah memperkirakan anggaran subsidi energi bisa membengkak di angka Rp 698 triliun. Namun, setelah pemerintah menaikkan harga BBM subsidi, maka pembengkakan tersebut akan lebih rendah yakni hanya sekitar Rp 650 triliun.
Suahasil mengatakan, perkiraan subsidi yang sebesar Rp 650 triliun tersebut dihitung berdasarkan kuota Pertalite yang baru.
Baca Juga: Harga BBM Naik, Anggaran Subsidi Energi Tetap Jebol
"Dengan kenaikan Rp 650 triliun ini, itu sudah kami hitung menggunakan volume baru, jadi kuota Pertalite kami perkirakan dari 23 juta kl, sudah kami naikkan menjadi 29 juta kl," ujar Suahasil dalam Wawancara dengan CNBC TV, Senin (5/9).
Ia menegaskan, tambahan kuota tersebut bertujuan agar ketersediaan Pertalite di seluruh SPBU tetap tersedia sehingga masyarakat tidak perlu khawatir akan kelangkaan Pertalite.
"Kami pastikan masyarakat bisa membeli di seluruh SPBU, ada ketersediaan akses, Pertamina juga memastikan barang akan tetap ada. Makanya masyarakat gak usah khawatir," katanya.
Mengutip dari berita Kontan.co.id sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, dari kuota Pertalite yang dialokasikan sebesar 23 juta kl di tahun ini, hingga akhir Juli 2022 volumenya sudah habis terpakai hingga 16,4 juta kl.
Sehingga saat ini hanya tersisa 6,6 juta kl yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat dan diperkirakan akan habis pada akhir September 2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News