Reporter: Ranimay Syarah | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Kementrian Koordinator bidang Perekonomian hari ini, Senin (11/11) menerima kedatangan rombongan delegasi dari US-ASEAN Business Council di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta.
Pada pertemuan itu, Hatta Rajasa, Menko Perekonomian didampingi Jero Wacik, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Bayu Krisnamurthi, Wakil Menteri Perdagangan, dan beberapa Direktur Jenderal Kementrian Perindustrian.
Selain pemerintah, ikut hadir juga beberapa perusahaan swasta seperti Chevron Indonesia dan perusahaan asing lain.
Ada tiga poin yang dibahas dalam pertemuan tersebut, Pertama masalah improving consuting. Hatta menjelaskan, pemerintah secepatnya memecahkan persoalan yang menghambat investasi, seperti tender yang tidak kunjung beres dan perizinan yang berbelit-belit.
Untuk itu, Pemerintah akan membentuk tim yang nantinya dikoordinasi kementerian terkait untuk melancarkan investasi guna mempercepat pertumbuhan ekonomi.
"Dengan adanya desk ini, nanti akan ada pertemuan bulanan lebih fokus dan spesifik pada persoalan. Terutama di bidang migas. Bukan hanya investor yang rugi, negara juga rugi karena gas tidak keluar," kata Hatta, Senin (11/11)
Jika ada hambatan, akan segera diselesaikan hingga ada rekomendasi untuk pemecahan. Hatta juga bilang, upaya itu untuk mencapai target dalam mengeluarkan 1 juta barel gas.
Sementara itu, Jero Wacik, menyatakan, ada aturan yang harus diikuti oleh beberapa pihak investor untuk masalah percepatan investasi. Dalam sektor energi ia bilang harus ada perkembangan yang baik.
"Banyak juga yang mereka (delegasi US-ASEAN) usulkan, saya sangat optimis sebab mereka mendorong Indonesia menjadi top ten negara besar tahun 2025," kata Jero.
Kedua, pembentukan tim percepatan investasi, pemerintah juga berkomitmen untuk mendukung Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
Hal ini berhubungan dengan target pemerintah di tahun 2025 yakni meningkatkan pendapatan masyarakat seiring peningkatan infrastruktur dan kebijakan publik.
Ketiga, lanjutan pembicaraan dalam APEC 5-7 Oktober lalu dalam membangun kerangka perdagangan multilateral yang lebih adil dan transparan.
Dalam hal ini, menurut Bayu Krisnamurthi, potensi ekspor impor Indonesia cukup besar mencapai US$ 400 miliar dan dapat mendorong jasa perdagangan.
Untuk sektor perdagangan dengan Amerika Serikat dan negara lainnya, pemerintah memberi peluang investasi tentunya dengan arahan undang-undang. Dan tahapan selanjutnya mengalir menjadi business to business.
"Memang jasa perdagangan masih impor, dalam arti masih menggunakan perusahaan asing. Untuk investasi dengan Amerika memang untuk jangka panjang. Namun, kita tidak bermain di angka bombastis," kata Bayu.
Hatta menambahkan, pemerintah berupaya meningkatkan lokalisasi industri sehingga iklim usaha lokal bisa berkembang.
Ia bilang untuk investasi tahun mendatang diharapkan tidak hanya dari arus modal internasional (Foreign Direct Investment/ FDI), namun juga dari Pembentukan Modal Tetap Bruto (PNTB) atau investasi.
Memang, selama setahun terakhir PNTB pertumbuhannya melemah, yaitu 30% dari total GDP.
"Ini penting untuk mendorong swasta, BUMN, dan semua pihak sebab PNTB itu cerminan sektor swasta dalam negeri untuk investasi. Semoga tahun depan PNTB akan naik double digit, yang penting tiga kunci utamanya diperbaiki dulu, perizinan, perhormatan kontrak terkait, dan infrastruktur," kata Hatta usai rapat dengan delegasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News