Reporter: Grace Olivia | Editor: Handoyo
Indonesia sendiri tak menutup kemungkinan untuk memanfaatkan dana pinjaman tersebut. Seperti yang diketahui, jumlah kasus Covid-19 di Indonesia terus meningkat hingga mencapai 96 kasus dengan lima di antaranya telah meninggal dunia.
Pemerintah pun menggelontorkan berbagai stimulus, baik fiskal maupun nonfiskal, untuk mendorong kinerja perekonomian domestik di tengah tekanan ini. Lantas, defisit APBN 2020 diperkirakan melebar dari asumsi awalnya 1,76% menjadi 2,5% terhadap PDB.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Luky Alfirman mengatakan, pemerintah Indonesia telah membuka komunikasi dengan beberapa lembaga multilateral terkait dengan tambahan pinjaman untuk Indonesia. “Seperti dengan ADB, (sudah komunikasi) mengenai beberapa skema alternatif,” tutur Luky kepada Kontan.co.id, Jumat (13/3).
Baca Juga: Tjahjo Kumolo: ASN dibolehkan bekerja dari rumah
Namun, Luky enggan menjabarkan seperti apa skema pinjaman yang direncanakan tersebut dan kapan pinjaman akan difinalisasi. Ia hanya menegaskan bahwa pemerintah terbuka pada skema-skema alternatif pembiayaan anggaran, termasuk melalui pinjaman luar negeri. “Itu merupakan alternatif yang terus kami eksplorasi,” sambung Luky singkat.
Adapun sebelumnya, per akhir Januari 2020, pemerintah telah menarik enam pinjaman luar negeri, baik pinjaman multilateral dan bilateral. bernilai total US$ 834,32 juta. Pinjaman multilateral berasal dari Bank Dunia dan Islamic Development Bank, sedangkan pinjaman bilateral berasal dari pemerintah Prancis dan Jepang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News