kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemerintah Perlu Lebih Keras Mendorong Kinerja Ekspor Untuk Menekan Rasio Utang


Minggu, 17 Maret 2024 / 17:14 WIB
Pemerintah Perlu Lebih Keras Mendorong Kinerja Ekspor Untuk Menekan Rasio Utang
ILUSTRASI. Pemerintah diwanti-wanti untuk tidak lengah meski rasio pembayaran utang atau debt service ratio (DSR) Indonesia masih aman.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pemerintah diwanti-wanti untuk tidak lengah meski rasio pembayaran utang atau debt service ratio (DSR) Tier-1 Indonesia saat ini masih cukup aman. DSR merupakan rasio pembayaran bunga dan cicilan utang terhadap penerimaan ekspor dengan batas aman sebesar 20%.

Berdasarkan data Statistik Utang Luar Negeri Indonesia (SULNI) edisi Maret 2023, DSR tier-1 pada 2023 mencapai 17%, meningkat dari 2022 yang sebesar 16,57%.

Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menyampaikan, kondisi DSR yang meningkat dari 2022 ke 2023 tersebut perlu menjadi perhatian pemerintah, meski masih di bawah 20%, batas aman sebagai indikator negara berkembang.

Kewaspadaan tersebut karena adanya kemungkinan kinerja ekspor Indonesia akan semakin menyusut seiring dengan perlambatan ekonomi global. Setidaknya kata Eko, pemerintah harus mewaspadai kinerja ekspor dari dua sisi.

“Dari sisi fundamental adalah menjaga ekspor harus tetap tumbuh,” tutur Eko kepada Kontan.co.id, Minggu (17/3).

Baca Juga: Peringatan Fitch Ratings, Tren Penurunan Harga Komoditas Jadi Momok Bagi Indonesia

Sementara itu, dari sisi sentimen pemerintah harus menjaga stabilitas nilai tukar. Sebab DSR yang naik, umumnya akan membuat rupiah lebih fluktuatif.

Dia menambahkan, saat ini kemampuan Indonesia untuk membayar Utang Luar Negeri (ULN) secara umum dinilai masih cukup baik.

“Artinya kecil kemungkinan risiko default untuk utang yg jatuh tempo, tentu saja dengan syarat rupiah tetap stabil,” ungkap Eko.

Untuk diketahui, Bank Indonesia mencatat ULN Indoensia pada Januari 2024 sebesar US$ 405,7 miliar. ULN ini turun dibandingkan posisi Desember 2023 yang sebesar US$ 408,1 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×