kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemerintah perkirakan ICP 2015 US$ 59 per barel


Senin, 06 Juli 2015 / 19:25 WIB
Pemerintah perkirakan ICP 2015 US$ 59 per barel


Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Harga minyak berada dalam tren yang rendah. Pemerintah memperkirakan Indonesia Crude Price (ICP) atau harga minyak mentah Indonesia pada tahun 2015 berada pada level US$ 59 per barel.

Level ICP ini sedikit lebih rendah dari asumsi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2015 US$ 60 per barel. Melihat pada realisasi semester pertama 2015, realisasi ICP adalah US$ 56 per barel.

Berdasarkan catatan pemerintah, pada 9 Juni 2015 Badan Energi Amerika memproyeksikan harga minyak WTI dan Brent pada 2015 adalah masing-masing US$ 55 per barel dan US$ 61 per barel. Proyeksi ini sebagai akibat masih berlanjutnya pertumbuhan permintaan minyak mentah, pengetatan produksi minyak Amerika, dan risiko gangguan suplai di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara.

Perkiraan pemerintah pada semester kedua harga minyak mentah Indonesia bisa naik ke US$ 62 per barel. Realisasi ICP yang lebih rendah dari target asumsi akan berpengaruh pada penerimaan negara, khususnya Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

Target PNBP tahun ini adalah Rp 269,1 triliun. Proyeksi realisasi PNBP selama semester pertama adalah Rp 142 triliun atau 52,8% dari target. Bila melihat sensitivitas perubahan asumsi dasar ekonomi makro, tiap penurunan ICP US$ 1 per barel akan berdampak pada penambahan defisit Rp 900 miliar-Rp 1,2 triliun.

Pendapatan negara akan turun Rp 4 triliun di mana PNBP turun hingga Rp 3,2 triliun. Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengakui asumsi ICP akan meleset dari target dan berpendapat pada penerimaan negara yaitu PNBP.

Hanya saja penerimaan yang menurun ini dapat ditutupi dari penerimaan negara yang berasal dari depresiasi rupiah. "Bagus ke penerimaan karena rupiah terdepresiasi," ujarnya, Senin (6/7).

Rata-rata kumulatif nilai tukar rupiah pada Juni 2015 adalah Rp 12.967 per dollar Amerika Serikat (AS). Hingga akhir tahun rupiah diperkirakan berada dalam level Rp 13.100, meleset Rp 600 dari asumsi Rp 12.500 dalam APBNP 2015.

Pengaruh rupiah yang melemah ke penerimaan negara sudah terlihat pada semester pertama 2015. Pemerintah memproyeksikan penerimaan dari Sumber Daya Alam (SDA) migas pada 6 bulan pertama 2015 adalah Rp 43 triliun atau 52,9% dari target Rp 81,4 triliun. Persentase tersebut lebih tinggi dari realisasi semester pertama 2014 di mana penerimaan dari SDA migas tercatat 41,2% dari target Rp 211,7 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×