Reporter: Herlina KD |
JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia (Produk domestik bruto) pada kuartal III 2011 Rp 1.923,6 triliun atau tumbuh sebesar 6,5% ketimbang periode yang sama tahun lalu. Jika dibanding kuartal II tahun ini, produk domestik bruto Indonesia tumbuh 3,5%.
Meski pertumbuhan ekonomi kuartal III ini hanya 6,5%, tapi pemerintah masih yakin target pertumbuhan ekonomi yang di dalam APBNP 2011 dipatok sebesar 6,5% masih bisa tercapai.
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Slamet Sutomo mengatakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III tahun ini ditopang oleh sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan yang tumbuh 5%, sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh 4,4%, dan sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh 3,6%. "Sektor pertanian banyak ditopang oleh sub sektor perkebunan yang tumbuh 21,96%, terutama dari karet, kopi, kelapa sawit," ungkapnya saat konferensi pers Senin (7/11).
Ia menambahkan, selain sektor pertanian, pada triwulan III tahun ini sektor perdagangan, juga memberikan kontribusi yang besar terutama untuk sub sektor perdagangan eceran yang tumbuh 4,8%, begitu pula dengan sektor hotel dan restoran. Alasannya, "Pada kuartal III tahun ini ada puasa, Lebaran, liburan panjang dan tahun ajaran baru," kata Slamet. Sementara itu, sektor pengangkutan dan komunikasi juga mendapatkan imbas dari Lebaran di mana arus mudik cukup besar dan SMS Lebaran melonjak.
Jika dibanding dengan kuartal III tahun lalu, sektor penopang pertumbuhan tertinggi adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yang tumbuh 10,1%, sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh 9,5%, dan sektor jasa tumbuh 7,8%.
Slamet bilang, jika melihat dari sisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2011 yang secara year on year tumbuh 6,5%, porsi kontribusi ekspor masih sebesar 8,3%, jika dikurangi dengan porsi impor yang sebesar 5%, maka kontribusi dari ekspor sebesar 3,3%. Pengeluaran konsumsi rumah tangga memiliki porsi 2,7% dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) 1,7%. Pengeluaran konsumsi pemerintah memberi kontribusi 0,2%.
Jika membandingkan kuartal per kuartal (kuartal II dan kuartal III tahun ini), memang kontribusi konsumsi rumah tangga tumbuh 2,3% lebih besar dari kuartal II terhadap kuartal I yang hanya 1,3%. Begitu pula dengan PMTB yang naik dari 4,1% menjadi 5,1%. Peningkatan ini, kata Slamet terjadi akibat peningkatan kegiatan ekonomi domestik karena adanya Lebaran, liburan dan tahun ajaran baru yang berdampak positif terharap ekonomi. Tapi, "Di sisi lain ekspor mulai melambat dari kuartal II ke kuartal III yang hanya 5,2%, lebih rendah dari kuartal II terhadap kuartal I yang 7,2%," jelas Slamet.
Perlambatan ekspor ini, kata Slamet, selain volume ekspornya yang turun akibat penurunan permintaan, juga karena anjloknya harga komoditas seiring ekspektasi perlambatan ekonomi.
Target tercapai
"Total angka PDB dari kuartal I hingga kuartal III tahun ini sebesar Rp 5.482,4 triliun. Melihat kondisi ini, mudah-mudahan target pendapatan per kapita US$ 3.500 per kapita bisa tercapai," jelas Slamet.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Bambang Brodjonegoro mengatakan, melihat angka pertumbuhan ekonomi pada kuartal III tahun ini yang sebesar 6,5%, ia optimis target pertumbuhan ekonomi dalam APBNP 2011 yang sebesar 6,5% bisa tercapai. Alasannya, "belanja pemerintah mungkin akan meningkat dekat-dekat akhir tahun ini," katanya.
Selain itu, Bambang bilang meski ekspor diperkirakan melorot tapi ekspor masih tetap tumbuh. Ditambah lagi, konsumsi masyarakat masih cukup tinggi.
Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kemenkeu Rahmat Waluyanto jukabilang pertumbuhan ekonomi kuartal III ini sesuai dengan ekspektasi, meski pertumbuhan ekonomi negara lain mulai terkoreksi. Dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup bagus ini, "saya kira capital inflow masih masuk dan kepercayaan investor meningkat," jelasnya.
Kepala Ekonom Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan pertumbuhan ekonomi 6,5% pada kuartal III ini lebih rendah ketimbang perkiraan Danareksa yang sebesar 6,7%. Alasannya, "Belanja pemerintah hanya tumbuh 2,5% (kontribusi ke PDB 0,2%) padahal perkiraan kami 9,3%. Jadi semestinya jika belanja pemerintah bisa lebih tinggi, semestinya pertumbuhan ekonomi bisa 6,7%," katanya.
Purbaya menambahkan, optimisme mengenai pertumbuhan ekonomi yang seharusnya bisa lebih tinggi di kuartal III ini didukung dengan kondisi konsumsi masyarakat dan investasi yang masih cukup tinggi. "Bahkan, meskipun ekspor mulai turun, tapi lebih bagus dari yang diperkirakan. Artinya krisis global belum banyak mempengaruhi ekonomi dalam negeri. Justru yang banyak berpengaruh adalah belanja pemerintah yang tidak terlalu cepat, ini harus diperbaiki," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News