Sumber: Middle East Eye | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) meluncurkan 47 proyek investasi berkelanjutan senilai Rp 155,12 triliun. Ke-47 proyek tersebut tersebar di sejumlah sektor pariwisata, kawasan ekonomi, industri dan infrastruktur.
Deputi Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal BKPM Yuliot mengatakan, meski kondolidasi telah dilakukan, namun saat ini masih dalam tahapan selanjutnya yaitu meyakinkan investor untuk tertarik dalam proyek tersebut.
“47 proyek yang ditawarkan (Investment Project Ready To Over/ IPRO) oleh pemerintah baru selesai konsolidasinya. Tahapan selanjutnya adalah meyakinkan investor dan sudah ada pembicaraan tapi masih NDA (Non disclosure agreement),” ujar Yuliot kepada Kontan.co.id, Jumat (18/3).
Baca Juga: Pendanaan IKN Akan Libatkan Swasta, Begini Komentar Pengusaha
Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan, proyek investasi berkelanjutan untuk sektor industri bisa menjadi andalan karena beberapa di antaranya mempunyai bahan baku yang cukup melimpah di dalam negeri.
Sebut saja Industri Mono-Ethylene Glycol (MEG) Berbasis batubara, industri minyak goreng, hingga smelter nikel. “Tentu dengan keberadaan bahan baku menjadi salah satu preferensi investor untuk berinvestasi,” ujar Yusuf.
Dirinya menambahkan, saat ini industri manufaktur tengah berada pada periode deindustrialisasi dini. Sehingga upaya reindustrialisasi menurutnya tentu merupakan upaya yang baik.
Selain itu, Yusuf menilai bahwa masuknya wisata baru juga menjadi inisiasi yang bagus dalam memperluas daerah kunjungan wisata yang dapat dikunjungi wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik.
“Pertumbuhan sektor pariwisata sebelum Covid-19 melanda sebenarnya tidak terlalu buruk, dengan bertambahnya event International di Indonesia maka saya kira bisa berpeluang mendorong wisatawan terutama wisatawan mancanegara untuk nanti bisa berkunjung kembali ke Indonesia,” katanya.
Baca Juga: Kepala Otorita IKN: Tak Perlu Khawatir Softbank Mundur
Sehingga hal ini tentu akan memberikan prospek yang cukup menarik bagi investor yang mempertimbangkan kawasan pariwisata yang baru.
Sementara untuk kawasan ekonomi, Yusuf mengatakan bahwa pemerintah perlu mendalami terlebih dahulu evaluasi dari kawasan ekonomi yang sudah ada. Dari beberapa kawasan ekonomi yang sudah ada salah satunya adalah ketersediaan infrastruktur.
“Saya kira ini yang perlu diperhatikan dalam menawarkan proyek kawasan ekonomi ke investor. Jika infrastruktur tidak tersedia tentu akan mengurangi minat dari investor,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News