Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Kepala Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih berpendapat pasar global sukuk Indonesia masih sangat luas. Namun, pemerintah memiliki pekerjaan rumah untuk memperbesar pasar tersebut.
Lana bilang saat ini pasar global sukuk masih terbatas. Hal tersebut lantaran investor tak mengetahui perbedaan antara global sukuk dengan global bond konvensional.
Apalagi dengan kondisi harga minyak mentah yang masih rendah dan geopolitik di Timur Tengah. Hal tersebut berpotensi menurunkan minat investor terhadap global sukuk Indonesia. "Ini peran pemerintah. Padahal global sukuk ada agunan yang bisa memikat investor non muslim juga," kata Lana kepada KONTAN, Senin (27/2).
Menurut Lana, pemerintah harus lebih gencar melakukan sosialisasi global sukuk ke negara-negara non muslim, seperti Jepang, Amerika Serikat (AS), dan Eropa. Apalagi likuiditas di negara-negara tersebut masih ada. "Adanya agunan memproteksi investor. Itu justru poin positif dari global sukuk, sepanjang imbal hasil sama-sama menarik," tambahnya.
Lana juga melihat, kunjungan 1.500 delegasi Arab Saudi ke Indonesia bisa dimanfaatkan pemerintah terkait rencana penerbitan global sukuk tersebut.
Selain sosialisasi yang lebih gencar, Lana juga berpendapat pemerintah harus memperbesar jumlah penerbitan. Hal tersebut dilajukan agar likuiditas global sukuk juga semakin membesar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News