kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pemerintah cari metode pengadaan lahan pertanian


Jumat, 02 September 2016 / 22:15 WIB
Pemerintah cari metode pengadaan lahan pertanian


Sumber: Antara | Editor: Adi Wikanto

Jakarta. Pemerintah sedang menyiapkan metode pengadaan lahan agar pemanfaatan tanah dapat lebih efektif untuk sarana pemukiman dan pertanian. Pemerintah ingin menjamin ketersediaan pangan dengan penyediaan lahan yang memadai.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menjelaskan perencanaan dan kebijakan mengenai lahan sebagai hal yang penting karena pemerintah ingin setiap tanah memiliki status yang jelas dan dimanfaatkan secara optimal.

"Kita memerlukan metode, pendekatan atau parameter untuk menghitungnya. Bisa dengan menghitung kebutuhan menurut komoditas, bisa juga dengan menghitung kebutuhan per 1.000 penduduk," katanya usai memimpin rapat pengadaan lahan di Jakarta, Jumat (2/9).

Darmin mengharapkan dengan penambahan lahan itu, investor semakin berminat untuk menanamkan modal dalam bidang pangan sehingga target produksi jagung, gula, maupun sapi bisa tercapai.

Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan pemetaan lahan sebagai upaya pengadaan tanah untuk pemenuhan kebutuhan pemukiman maupun pangan bisa dilakukan secara langsung dengan menggunakan drone. "Kita menggunakan drone di titik lahan yang ditentukan, dan memetakan lahan ini milik siapa. Ini penting sebagai dasar pemetaan lahan. Manfaatkan teknologi yang ada," ujarnya.

Model pemetaan lainnya bisa dilakukan dengan pemanfaatan model satelit yang dimiliki oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Dengan model itu bisa terlihat lahan yang bisa dimanfaatkan menjadi sawah dan tanah yang telah menjadi kawasan pemukiman.

"Badan Informasi Geospasial (BIG) mempunyai kemampuan melakukan pemetaan dan ke depan tidak ada lagi perbedaan data mengenai luas lahan," kata Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro.

Saat ini, komoditas gula membutuhkan lahan seluas 286.000 hektare untuk pembangunan pabrik gula baru, 490.000 hektare untuk pabrik gula eksisting, dan 380.000 hektare untuk pabrik gula rafinasi.

Komoditas jagung membutuhkan tambahan luas lahan 500.000 hektare dengan nilai investasi Rp 4,1 triliun. Komoditas sapi yang telah diminati oleh sembilan perusahaan untuk investasi dan membutuhkan tambahan luas lahan hingga satu juta hektare dengan nilai investasi Rp 14 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×