Reporter: Uji Agung Santosa |
JAKARTA. Rupanya, Pemerintah belum merasa cukup mengempit utang siaga (standby loan) sebesar US$ 5,5 miliar. Kemungkinan, Pemerintah bakal kembali berburu utang siaga dari lembaga keuangan internasional atau negara lain. Dana tambahan ini dibutuhkan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi yang dipatok di APBN Penyesuaian 2009 sebesar 4,5%.
Untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi itu, Pemerintah perlu duit yang lebih banyak buat menambal defisit yang membengkak Rp 20 triliun atau 0,2% dari produk domestik bruto (PDB) menjadi 2,7%. "Kami tetap menghitung pemakaian standby loan yang ada," kata Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Paskah Suzetta, akhir pekan lalu.
Cuma, Paskah enggan berkomentar soal berapa besar tambahan utang siaga yang dibutuhkan Pemerintah. Dia juga enggan bicara soal dana dari lembaga atau negara mana yang tengah diincar.
Yang pasti, kata Paskah, Pemerintah akan mati-matian mempertahankan pertumbuhan ekonomi tahun ini di kisaran 4%-4,5%. "Untuk melakukannya, memang ada biaya yang harus berubah, apalagi kalau defisit bertambah 0,2%," ujar dia.
Namun, sebelum menambah standby loan, Pemerintah akan melakukan penghematan belanja negara di segala lini, terutama yang tidak mengikat. Contoh, Pemerintah akan mengurangi pemakaian listrik di kantor-kantor kementerian dan lembaga.
Terkait penerbitan surat berharga negara, Paskah mengungkapkan, itu adalah pilihan terakhir. Sebab, penerbitan utang terlalu berisiko karena saat ini bunga obligasi sedang tinggi. "Pasar juga belum begitu positif," katanya.
Staf Khusus Menteri Keuangan Chatib Basri berkata sebaliknya. Menurutnya, penambahan standby loan sangat tergantung kebutuhan Pemerintah dan tingkat defisit anggaran. "Utang luar negeri cuma sebagai pelengkap. Sedang yang utama datangnya dari obligasi," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News