kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pemerintah batal memperbesar utang ritel


Senin, 08 Januari 2018 / 06:20 WIB
Pemerintah batal memperbesar utang ritel


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah batal memperbesar porsi penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) ritel pada tahun ini. Penerbitan SBN ritel tahun ini ditargetkan hanya Rp 42,32 triliun atau 5% dari penerbitan SBN bruto sebesar Rp 846,4 triliun. Ini tak beda jauh dengan target indikatif sebesar Rp 40 triliun di tahun lalu. 

Perkembangan ini berbeda dari keterangan sebelumnya. Pemerintah sempat menyatakan ingin menerbitkan SBN ritel 6%-8% dari SBN bruto atau sekitar Rp 50,8 triliun-Rp 67,7 triliun tahun ini (Harian KONTAN, 20 Desember 2017).

Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal (Ditjen) Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemkeu) Loto Srinaita Ginting mengatakan, indikasi SBN ritel Rp 42,32 triliun berdasarkan perhitungan terkini pemerintah. Namun begitu, dia bilang, mungkin saja angkanya lebih besar lagi. "Hitungannya 5% saja. Namun kalau demand-nya naik, terbuka juga dilakukan penyesuaian," kata Loto kepada Kontan.co.id, Kamis (4/1).

Jadwal penerbitan Surat utang negara untuk investor ritel tersebut masih sama. Penerbitan sukuk ritel (Sukri) pada Maret 2018, obligasi ritel online pada Mei 2018, dan obligasi negara ritel (ORI) pada Oktober 2018.

Direktur Strategi dan Portofolio Pembiayaan Direktorat Jenderal (Ditjen) Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemkeu Scenaider Siahaan mengatakan, komposisi penerbitan itu meliputi target indikatif Sukri Rp 20 triliun, ORI Rp 20 triliun, dan sisanya dari obligasi ritel online. 

Menurutnya, pembatalan peningkatan porsi SBN ritel adalah untuk mengantisipasi keluarnya dana asing di SBN yang saat ini mencapai sekitar 39%. "Kalau nanti misalnya investor asing sudah bosan dengan kita, jadi penggantinya masih banyak yang dari domestik," kata Scenaider.

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menganalisa, peminat SBN ritel pada tahun ini tidak akan jauh berbeda dengan tahun lalu. Pasalnya, imbal hasil yang ditawarkan pemerintah mirip deposito. "Kalau gap-nya (imbal hasil SBN ritel dan deposito) masih sama, peminatnya juga sama," katanya.

Catatan KONTAN menunjukkan, imbal hasil Sukri 2017 adalah sebesar 6,9%. Dengan realisasi Rp 14,03 triliun, nilai tersebut lebih rendah dari target indikatif yang sebesar Rp 20 triliun. Sedangkan kupon ORI 2017 sebesar 5,85%, terendah sejak penerbitan ORI pada 2006 dengan hasil penjualan Rp 8,94 triliun.

David memperkirakan, tingkat imbal hasil SBN baru meningkat tahun 2019. Sebab, tahun ini pasar belum terlalu bereaksi atas kenaikan bunga acuan The Fed. 
Sementara, obligasi ritel online diperkirakan belum banyak peminatnya karena investor orang tua cenderung memilih investasi tradisional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×