Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Handoyo .
Saat perdagangan dunia menurun maka dampaknya permintaan ekspor dari Indonesia seret. Suahasil melihat inilah yang terjadi dalam beberapa kuartal terakhir.
Baca Juga: Daya beli masih kuat, pemerintah fokus perdagangan dan investasi
“Ekspor kita praktis 0%, flat pertumbuhan secara tahunan, sedangkan impor turun lumayan. Perlu kerja sama yang serius dengan stakeholder sehingga bisa memperbaiki pertumbuhan ekonomi domestik,” papar Suahasil.
Dampak dari sana, pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang kuartal III-2019 berada di level 5,02% lebih rendah daripada kuartal sebelumnya. Bahkan IMF meramal pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai akhir tahun 2019 mentok di level 5% lebih rendah dari target pemerintah sebesar 5,08%.
Suahasil menganggap pencapaian tersebut wajar karena secara tren global. Dia memberikan contoh China yang pertumbuhan ekonominya di level 6% turun dari pencapaian beberapa tahun lalu yang pernah berada di level 10%-11%.
Baca Juga: Pahala Mansury Calon Dirut Bank BTN, Sulaiman & Royke Bersaing di Bank Mandiri
Sehingga, aliran modal yang masuk ke Indonesia menjadi salah satu yang terkena dampak. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) sepanjang kuartal III-2019 pertumbuhan investasi dalam negeri hanya tumbuh 4,21%.
“Perekonomian Indonesia mau tidak mau akan terkena imbas, lewat aliran modal masuk, ini penting dan ketika berimbas ketika dunia terjadi pergerakan cepat, aliran modal juga berpengaruh,” ungkap Suahasil.
Kata Wamenkeu, aliran modal masuk terutama lewat investasi langsung atau foregn direct investment (FDI) yang sudah masuk ke Indonesia perlu dipertahankan. Selanjutnya, perlu menarik FDI yang belum datang dengan memperbaiki iklim investasi lewat tersedianya infrastruktur serta adanya regulasi yang baik.
Baca Juga: Jokowi tantang bank buka cabang di Wamena, minta OJK berikan insentif
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News