kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Pemerintah akui disparitas harga sebabkan konsumsi BBM jebol


Selasa, 29 November 2011 / 06:05 WIB
Pemerintah akui disparitas harga sebabkan konsumsi BBM jebol
ILUSTRASI. Ilustrasi. Kopi hitam


Reporter: Petrus Dabu | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. Sudah terang-benderang di mata Pemerintah. Over konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi terutama premium terjadi karena adanya disparitas atau kesenjangan harga dengan BBM non subsidi. Namun, pemerintah masih saja enggan menaikkan harga.

"Beberapa kendaraan seharusnya tidak mengambil (konsumsi premium), tapi masih memakai BBM subsidi karena disparitas harga," tandas Direktur Jenderal Minyak dan gas Kementerian ESDM, Evita H.Legowo kepada wartawan di Jakarta, Senin (28/11).

Evita mengatakan harga BBM non subsidi yang saat ini semakin jauh dibandingkan BBM subsidi di luar perkiraan pemerintah. "Jadi harapan kita waktu itu harga BBM nonsubsidi tidak setinggi ini, harapan kita, orang masih mau beli BBM nonsubsidi, tapi sebagai manusia karena harganya terlalu tinggi, dia ambil juga," ujar Evita.

Evita memastikan jatah BBM subsidi akan jebol dari kuota 40,49 juta kiloliter seperti mandat APBN-P 2011. Jatah 40,49 juta kl tersebut kata Evita hanya cukup sampai 30 November 2011.

Namun, langkah apa yang akan dilakukan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan selama Desember 2011, sampai saat ini tim dari pemerintah yang terdiri atas Kementerian ESDM, Kementerian Keuangan, BPH Migas, Pertamina dan juga kantor Wakil Presiden masih mengkajinya.

Evita menegaskan belum ada opsi untuk menaikkan harga seperti diusulkan banyak pihak, termasuk oleh Wakil Menteri ESDM,Widjajono Partowidagdo yang mengusulkan kenaikan sebesar Rp 1.000,.

"Kita belum bisa bilang harus bagaimana, kita harus hati-hati untuk menentukan terbaik apa untuk semuanya. Kita akan lihat, yang terang kita akan maju ke DPR, setelah di antara kami sepakat. Dan itu bukan hanya di antara kami saja, tapi juga dengan Wakil Presiden (Wapres)," jelas Evita.

Widjajono Partowidagdo mengusulkan ada kenaikan sebesar Rp 1.000 khusus untuk mobil pribadi. "Kalau saya pribadi usulkan naik Rp 1.000, tapi itu kan keputusan politik," ujarnya.

Catatan saja, harga BBM non subsidi memang semakin beda jauh dengan harga BBM subsidi. Sebagai gambaran, jenis Pertamax plus saat ini khusus di Jakarta sebesar Rp 9.100 per liter, sedangkan Pertamax sebesar Rp 8.800 per liter. Sedangkan, di Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, untuk Pertamax Plus Rp 9.200 per liter. Sedangkan, Pertamax seharga Rp 8.850 per liter.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×