Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berdasarkan survei politik yang dilakukan Poltracking Indonesia, elektabilitas parpol tertinggi masih dipegang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan 15%. Setelah itu disusul Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan 14,1%. Sedangkan posisi ke 3 ditempati Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dengan 9,8%.
Sedangkan untuk Capres paling diminati di Jatim, Poltracking Indonesia masih menempatkan Ganjar Pranowo sebagai yang tertinggi (32.3%). Sedangkan Erick Thohir masih dijagokan masyarakat Jatim sebagai cawapres (14,2%). Simulasi capres cawapres Poltracking Indonesia di Jatim masih menempatkan pasangan Ganjar Erick sebagai yang tertinggi (38.1%) disusul Prabowo Puan (19.4%).
Pengamat politik Universitas Brawijaya Anang Sujoko menilai tingginya elektabilitas Ganjar dan Erick di Jatim tak serta merta membuat dua tokoh Nasional tersebut bisa menjadi capres dan cawapres resmi yang didaftarkan ke KPU. Sebab yang berhak mendaftarkan capres cawapres ke KPU adalah parpol. Memang hingga saat ini belum ada parpol yang secara resmi menyebut capres cawapres, termasuk PDIP.
Kepopuleran PDIP di Jatim juga belum bisa menjadi jaminan partai besutan Megawati Soekarno Putri ini bisa memenangkan pemilu 2024. Menurut Anang agar partai populer dan capres cawapres favorit dapat memenangkan pemilu, mereka harus melakukan simbiosis mutualisme dan kolaborasi yang apik. Bukan hanya capres cawapres saja yang membutuhkan parpol. Parpol juga membutuhkan figur capres cawapres.
Baca Juga: Bursa Capres 2024 Panas, Elektabilitas Prabowo vs Ganjar Unggul di 3 Survei Juni 2022
"Parpol juga membutuhkan figur capres cawapres untuk dapat memenangkan memenangkan pemilu. Parpol itu bisa hidup dari kader. Sedangkan kader bisa naik karena membutuhkan kendaraan parpol. Sekarang parpol dan capres cawapres harus bersinergi untuk dapat memenangkan pemilu 2024," ungkap Anang dalam keterangannya, Senin (27/6).
Lanjut Anang, tingginya kepopuleran Erick dan Ganjar disebabkan prestasi kerja mereka yang ditampilkan baik itu media konvensional maupun media sosial.
Selain itu figur pribadi Erick maupun Ganjar yang rendah hati serta merakyat yang kerap muncul di media, juga diminati oleh masyarakat Jatim. Lanjut Anang, saat ini minat masyarakat untuk memilih capres dan cawapres bukan karena pendidikan yang tinggi atau prestasi yang gemilang semata.
Namun sebagian besar masyarakat kita memilih capres dan cawapres karena sosok ketokohan yang ditonjolkan. Sosok rendah hati dan merakyat yang diinginkan sebagian besar masyarakat.
"Warna Ganjar tak bisa lepas dari PDIP. Simpatisan PDIP di akar rumput mungkin lebih dekat dengan Megawati dan Ganjar dibandingkan Puan. Sedangkan warna Erick tak bisa lepas dari Meneg BUMN. Itu yang membuat mereka sangat diminati di Jatim,"ungkap Anang.
Baca Juga: Mencoba Mobil Listrik Genesis, Jokowi: Saya Kira Halus, Tidak Ada Suaranya
Diakui Anang, pergerakan Menteri Erick untuk meningkatkan elektabilitas khususnya di Jatim sangat gencar dilakukan. Dengan menjadi anggota Banser, merapat ke pesantren dan menyambangi kiai dan menjadi ketua Harlah Nahdlatul Ulama (NU) dinilai Anang cukup efektif meningkatkan elektabilitas dan minat masyarakat untuk memilih Erick sebagai cawapres pilihan masyarakat Jatim. Terlebih lagi basis warga Nahdliyyin di Jatim sangat besar.
"Jika Erick bisa mengambil hati warga Nahdliyyin, paling tidak lumbung suara NU di Jatim bisa dikuasai. Saat ini Erick memiliki garis kedekatan dengan masyarakat Jatim yang sebagian besar warga Nahdliyyin. NU secara keorganisasian saat ini menaruh kepercayaan yang besar kepada Erick. Cara berkomunikasi pak Erick yang santai dan rilex dengan guyonannya yang sangat disukai serta direspon positif oleh warga Nahdliyyin. Itu semua tercermin di survei yang dibuat Poltracking Indonesia,"ungkap Anang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News