Reporter: Siti Masitoh | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah berencana mengurangi porsi pembiayaan utang tahun ini sebesar Rp Rp 289,9 triliun, atau menurun 41,6% dari target yang sebesar Rp 696,3 triliun.
Menurunnya pembiayaan utang tersebut sejalan dengan defisit APBN tahun ini yang bisa ditekan hingga 2,28% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), dari target awal yang sebesar 2,84% terhadap PDB.
Untuk diketahui, selama ini pembiayaan utang pemerintah berasal dari dua sumber, yakni penerbitan surat berharga negara (SBN) dan pinjaman luar negeri dari Lembaga asing.
Baca Juga: Tahun Ini, Pemerintah Kurangi Penerbitan Utang Hampir Rp 300 Triliun
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Suminto mengatakan, rencana pengurangan porsi utang tersebut sejalan dengan kinerja APBN tahun ini yang membaik. Hal tersebut didukung pendapatan negara yang baik dan optimalnya belanja negara melalui konsistensi penerapan spending better.
“Serta mendorong potensi penurunan defisit APBN, dan konsekuensinya penurunan target pembiayaan APBN melalui utang,” tutur Suminto kepada Kontan.co.id, Rabu (5/7).
Dia mengatakan, dalam pemenuhan target pembiayaan utang, Pemerintah mengutamakan sumber pembiayaan dengan biaya dan risiko yang terkendali.
“Portofolio utang sampai dengan saat ini masih terjaga baik. Utang dalam mata uang rupiah sebesar 72%, sehingga mengurangi risiko nilai tukar,” jelasnya.
Ekonom Bank Danamon Irman Faiz menilai, sebaiknya pemerintah mengutamakan mengurangi porsi pinjaman luar negeri ketimbang penerbitan SBN.
Baca Juga: Ekonom Sarankan Pemerintah Kurangi Porsi Penerbitan Surat Utang Negara Tahun Ini
“Karena memang pinjaman luar negeri biayanya lebih mahal dan bunganya lari keluar. Berbeda dengan SBN rupiah yang mayoritas dananya dari domestik sehingga pembayaran kupon atau bunganya pun untuk domestik lagi,” ujarnya.
Meski begitu, karena mayoritas pembiayaan utang berasal dari penerbitan SBN, Faiz menilai pengurangan porsi penerbitan SBN akan jauh lebih besar ketimbang pinjaman luar negeri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News