Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Noverius Laoli
"Alternatif lainnya sebenarnya juga bisa menggunakan pinjaman luar negeri, baik dari negara lain maupun multilateral dari lembaga seperti World Bank, ataupun Asian Development Bank (ADB). Namun, tentu harus ada negosiasi jika ingin melakukan pinjaman luar negeri ini," paparnya.
Adapun Yusuf menerka, risiko dari pengoptimalan recovery bond adalah adanya potensi lonjakan inflasi. Hal ini dikarenakan uang yang beredar akan semakin banyak. Oleh karena itu, ia menyarankan agar pemerintah perlu memberikan batas inflasi yang dapat ditoleransi.
Baca Juga: Kementerian Keuangan gunakan anggaran alternatif biayai defisit APBN 2020
Di sisi lain, kata Yusuf, pemerintah juga harus menjaga keseimbangan penyumbang inflasi lain, seperti harga pangan. Tak hanya itu, pemeritah juga diminta agar dapat lebih jeli dalam mengawasi alur distribusi pangan.
"Harapannya, jika inflasi karena uang beredar benar-benar terjadi serta akan diperparah dengan adanya inflasi pangan misalnya. Jadi untuk menjaga inflasi pangan sendiri, pemerintah perlu menyesuaikan kebutuhan konsumsi di dalam negeri. Apakah cukup di supply dari produksi dari dalam negeri," kata Yusuf.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News