Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Ekonom BCA David Sumual memproyeksi, peluang pelonggaran kebijakan moneter Bank Indonesia (BI), termasuk penurunan suku bunga acuan BI masih besar. Hal tersebut didukung oleh perbaikan kondisi domestik termasuk perbaikan tingkat inflasi sepanjang tahun ini.
Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja mengumumkan, indeks harga konsumen (IHK) secara bulanan pada Oktober 2015 mencatatkan deflasi sebesar 0,08% lebih rendah dari deflasi September lalu sebesar 0,09%.
Sementara itu, secara tahunan (YoY) inflasi Oktober tercatat 6,25% yang juga lebih rendah dibanding inflasi tahunan September sebesar 6,83%.
David memproyeksi, inflasi akhir tahun ini bisa mengarah ke angka 3%-3,5%, asalkan stabilitas harga beras masih bisa dijaga.
Di sisi lain lanjut David, defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) akhir tahun diproyeksi akan mengalami perbaikan. Peluang penurunan BI rate makin besar jika ditambah dengan perbaikan cadangan devisa.
"Tinggal rupiahnya dan catatan FOMC. Kalau sesuai ekspektasi, kalau selama nanti indikator domestik makin baik, rupiah stabil, cadangan devisa meningkat, peluang makin besar," kata David, Senin (2/11).
David mencatat, indeks nilai tukar efektif riil atau real effective exchange rate (REER) untuk rupiah per 30 September lalu mencapai 85,5% dengan nilai tukar rupiah sebesar Rp 14.400. Sementara itu, nilai tukar rupiah yang kompetitif menurut David, jika REER-nya sebesar 90%-95% yaitu dengan kurs Rp 14.000-Rp 13.500 per dollar AS.
"Kalau inflasi makin bagus, mengarah ke 3% maka semakin menguat fundamental kita," tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News