Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
Selain menurunkan biaya produk bagi pelaku usaha kecil, pembentukan holding juga disebutnya akan membantu PNM mengembangkan sistem digital untuk melayani nasabah. Menurut Arief, dari 7,8 juta nasabah PNM per Desember 2020, hanya ada 1 juta orang yang memiliki telepon genggam. Dari jumlah itu, hanya 65 persen nasabah yang memiliki smartphone.
“Kalau jadi dengan BRI dan pegadaian mungkin ada skema IT yang bisa dipakai dan itu menjadi bagian investasi dari BRI, itu mengurangi (biaya) dan (mendorong) efisiensinya,” ujar Anggota Komisi VI DPR RI Deddy Sitorus.
“Saat ini baru proses layanan kami yang kami digitalisasi. Sekarang di lapangan ada hampir 42 ribu (pegawai PNM) yang langsung berhadapan dengan nasabah dan menggunakan gadget. Jadi arahnya nanti ke sana, kami tak perlu bangun sendiri infrastruktur IT dan bisa menggunakan apa yang sudah dimiliki BRI. Per hari ini sebagian besar, 95% (pinjaman) masih kami bayarkan tunai. Nasabah yang transfer via bank adalah yang sudah naik kelas, (memiliki pinjaman) di atas Rp 5 juta. Ini cerita panjang dan perjuangannya masih harus terus kami lakukan agar mereka bisa naik kelas,” ujar Arief.
Selanjutnya: Kinerja Bank BUMN Mulai Membaik, Simak Rekomendasi Saham BMRI, BBRI, dan BBNI
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News