Reporter: Yudho Winarto | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Panja Inflasi dan suku bunga secara tegas akan melakukan pengawasan ketat terkait penanganan inflasi. Tujuannya agar tidak terjadi angka inflasi yang tinggi seperti di 2010 akibat lambatnya penanganan.
Wakil Ketua Panja Inflasi Suku Bunga, Kemal Aziz Stamboel mengatakan memburuknya angka inflasi Indonesia tahun 2010 yang cukup tinggi sebesar 6,96%, lebih tinggi 1,66% dari target yang ditetapkan oleh Pemerintah dan DPR dalam APBN 2010, akibat lambatnya respons kebijakan dari pemerintah dan otoritas moneter.
“Agar kelambanan penanganan inflasi tidak terulang lagi di tahun 2011, maka Panja Inflasi dan Suku Bunga yang telah dibentuk Komisi XI akan melakukan pengawasan secara ketat,” ujarnya Selasa (25/1).
Menurutnya, laju inflasi 2010 lebih banyak dipengaruhi oleh faktor cost push, supply shock dan ekspektasi inflasi. Cost push ini disebabkan oleh tekanan kenaikan TDL Juli 2010 dan kenaikan komponen administered price biaya perpanjangan STNK. “Supply shock juga dominan berpengaruh. Terutama akibat gagalnya manajemen stok beras oleh Bulog, dan gagal panen beberapa komoditas,” tambahnya.
Sebagaimana diketahui, berdasarkan data BPS, kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) sebesar rata-rata 10% mulai Juli 2010 telah menyumbang inflasi sebesar 0,35% di bulan Agustus, dan memberikan sumbangan inflasi tahun 2010 sebesar 0,36%. Data BPS juga menunjukkan, harga beras tahun 2010 naik 30,90 persen YoY dan memberikan sumbangan inflasi tahun 2010 sebesar 1,29%.
Selain itu inflasi juga dipengaruhi ekspektasi masyarakat terhadap minimnya barang yang beredar di pasar, padahal pasokan barang tersebut tersedia. “Ekspektasi masyarakat dan momen-momen inflasi itu harus betul-betul menjadi perhatian pemerintah dan otoritas moneter,” tegasnya.
Kemal Stamboel memproyeksikan, tekanan inflasi ke depan muncul dari tekanan harga pangan terutama harga beras, energi akibat pengaturan BBM Bersubsidi dan kenaikan harga minyak, risiko bencana, biaya distribusi yang masih tinggi, tekanan untuk menaikkan suku bunga, dan ekspektasi publik yang terbiasa menaikkan harga.
“Untuk itu ke depan, pemerintah dan bank sentral harus benar-benar berupaya menyelesaikan permasalahan temporer dan sekaligus juga masalah struktural perekonomian yang signifikan untuk meredam inflasi ini,” tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News