kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Over suplai, kapal Roro di Merak akan dialihkan


Selasa, 04 Juli 2017 / 16:12 WIB
Over suplai, kapal Roro di Merak akan dialihkan


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Kementerian Perhubungan (Kemhub) akan terus mendorong pengembangan pelayaran logistik Rolling on Roll off (RoRo). Sebagian kapal RoRo yang berada di Pelabuhan Merak akan dialihkan secara bertahap ke Natuna dan Indonesia bagian timur.

Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan, pengalihan sebagian kapal akan dilakukan karena kapal RoRo di pelabuhan Merak saat ini sudah over suplai. "Berdasarkan laporan dari pengusaha di Merak, jumlah kapal RoRo di sana saat ini ada 60 dengan tingkat okupansi hanya 40%" Kata Budi, Selasa (4/7).

Namun, Menhub tidak menyebutkan secara spesifik berapa unit kapal RoRo di Merak yang akan dialihkan ke Indonesia Timur dan Namun dan kapan pengalihan akan dimulai. "Nanti ini akan dibahas," ujarnya.

Untuk mendorong program pelayaran RoRo berjalan dengan baik, Kemhub nantinya akan menetapkan kualifikasi besaran kapal, kecepatan kapal, dan usia kapalnya yang akan digunakan sebagai kapal RoRo. Hal itu dilakukan agar pengusaha kapal RoRo mau menyasar wilayah Indonesia Timur sehingga program tol laut dapat berjalan lancar.

Dengan pengalihan kapal RoRo ke wilayah Timur maka ke depan gerakan barang dari Timur ke Jakarta akan semakin meningkat. Peningkatan tersebut akan menopang upaya pemerintah dalam menjadikan Pelabuhan Tanjung Priok sebagai Hub Internasional.

"Kalau Tanjung Priok sebagai Hub membutuhkan kapal feeder yang banyak agar arus barang ke pelabuhan tersebut bagus. Semakin banyak volume barang di sana maka akan banyak kapal besar yang akan masuk kesalahan Priok sehingga tumbuh menjadi 6 juta TEUs dan harapannya bisa mencapai 12 Juta TEUs dalam dua tahun ke depan," jelas Budi.

Lebih ekonomis

Selain itu, lanjut Budi, pengoperasian kapal RoRo juga dilakukan untuk mengurangi beban jalan di jalur pantai. Kemhub akan mendorong ini dengan mengoptimalkan pengoperasian jembatan timbang.

Saat ini sudah ada kapal RoRo trayek Tanjung Priok – Panjang (Lampung) untuk mengurangi beban jalan raya dan mempersingkat waktu distribusi logistik. Selain itu, Kemhub telah mengembangkan konsep penyeberangan jarak jauh (long distance ferry) lintas Jakarta-Surabaya.

Sedangkan lintas Surabaya-Lembar untuk mengurangi beban jalan raya sepanjang pantura dan pulau Bali telah dilayani KMP Legundi (5.000 GT) milik PT ASDP Indonesia Ferry mulai tanggal 1 Desember 2016 dengan jadwal 3 kali keberangkatan dalam 2 minggu.

Pada 12 Juli 2017 mendatang, layanan kapal RoRo Jakarta-Surabaya akan bertambah. Layanan tersebut akan dioperatori oleh PT Jagat Zamrud Khatulistiwa (JZK) yang akan mengoperasikan dua kapal RoRo untuk rute Jakarta- Gresik-Jakarta.

Budi menjelaskan, selama ini perjalanan darat Jakarta-Surabaya dengan jarak 765 km untuk kendaraan (truk) barang rata-rata ditempuh selama 1,5 hari sampai 2 hari, sedangkan apabila melalui laut (kapal) dapat ditempuh selama 1,2 hari (29 jam) dengan kecepatan 15 knot. 

“Hingga saat ini, terdapat 12 ribu truk yang melintasi Jakarta-Surabaya sehingga menyebabkan kondisi jalan yang cepat rusak dan kemacetan. Oleh karena itu, kapal RoRo menjadi solusi atas permasalahan tersebut,” jelas Menhub.

Sejalan dengan hal tersebut, Menhub mengatakan, penggunaan kapal untuk angkutan logistik lebih ekonomis dibanding menggunakan jalan. Sebab spare part, ongkos jalan tol dan solar lebih irit, serta terhindar dari pungutan liar di jalan.

Menhub juga berharap agar ukuran kapal RoRo dan kecepatan kapal diatur dengan baik karena apabila kecepatannya di bawah 10 knot, tetap tidak akan kompetitif dengan jalur darat.

Menhub mengakui masih terdapat kekurangan dalam program tol laut tersebut yaitu kosongnya kapal dari Indonesia bagian timur ke barat. Menurutnya, para pengusaha seharusnya bisa mengembangkan industri misalnya ikan atau rumput laut sehingga kapal dari timur bisa terisi yang nantinya meningkatkan perekonomian di wilayah Indonesia timur. 

“Dengan 13 rute tol laut yang sudah ada sekarang ini, kita akan dorong terus. Makanya kita juga bangun Rumah Kita untuk mengumpulkan dan  mendistribusikan secara bertahap barang-barang,” tegas Menhub.

Menhub berharap okupansi dari kapal-kapal tersebut terus bertumbuh dengan adanya industri serta penguatan industri perdagangan di daerah-daerah tujuan kapal tol laut tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×