kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Otot rupiah perlu perhatian ekstra


Selasa, 03 Februari 2015 / 10:36 WIB
Otot rupiah perlu perhatian ekstra
ILUSTRASI. Penyebab Uang Gaji Cuma Numpang Lewat, Pekerja Muda Wajib Perhatikan.


Reporter: Adi Wikanto, Asep Munazat Zatnika, Margareta Engge Kharismawati | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Kenaikan harga  bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi terbukti mujarab mengerem defisit neraca perdagangan yang menjadi problem laten selama ini. Lihat saja, kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, tahun lalu defisit neraca dagang Indonesia turun 53,9% menjadi US$ 1,88 miliar, dari US$ 4,08 miliar di tahun 2013. Bahkan  neraca dagang Desember surplus US$ 186,8 juta.

Memang, defisit hasil ekspor dan impor minyak dan gas  meningkat 3,87% menjadi  US$ 13,13 miliar. Namun, kenaikan defisit tersebut akibat ekspor minyak dan gas Indonesia turun sekitar US$ 2,3 miliar. 

Nah, secara umum, kondisi makro ekonomi juga membaik. Misalnya, harga barang mulai turun, dan neraca dagang non-migas surplus. Sayang, angin segar ini belum mampu menopang rupiah. 

Bahkan sebaliknya, berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI) Senin (2/2), rupiah kembali melemah ke level Rp 12.700 per dollar Amerika Serikat (AS). Jumat (30/1) rupiah bertengger di level Rp 12.515 per dollar AS. Sejak awal tahun sampai kemarin, rupiah telah melemah 2,09%.

Sebagai catatan, pemerintah dan DPR telah menyepakati asumsi kurs rupiah dalam rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2015 di posisi 
Rp 12.500 per dollar AS. 

Direktur Komunikasi BI Peter Jacobs menilai, faktor dari luar lebih dominan menekan rupiah. Dollar AS tengah perkasa seiring dengan perbaikan ekonomi Amerika Serikat. Misalnya, angka pengangguran berkurang dari 308.000 jadi di 265.000 orang. 

Di sisi lain, ekonomi China, mitra dagang penting bagi Indonesia, kian lesu. Sebagai contoh, industri manufaktur  di China turun terus. Skor Purchasing Managers Index (PMI), di level 49,7, naik tipis dari level 49,6 pada Desember 2014. Selama ini PMI menjadi indikator industri manufaktur. Angka di bawah 50 menunjukkan belum ada ekspansi.

Peter menandaskan, situasi ekonomi global itulah yang menjadi sentimen negatif mata uang banyak negara, termasuk rupiah. "Nyaris semua mata uang melemah terhadap dollar AS," terang Peter, Senin kemarin (2/2). 

Ekonom Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Doddy Ariefianto, menyatakan, rentang gerak wajar rupiah saat ini adalah 12.500-12.800. Lagi pula data-data ekonomi Indonesia terlihat baik baru dalam dua bulan terakhir. Rupiah akan menguat jika ekonomi Indonesia terus membaik.

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual, optimistis gejolak rupiah saat ini hanya bersifat sementara dan akan kembali ke level semula. Dia juga yakin, rupiah akan membaik pada periode mendatang. "Rata-rata tahun ini, rupiah di kisaran 12.300-12.400," kata David, memprediksi arah rupiah.

Kepala Ekonom Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa menilai, volatilitas rupiah kali ini belum berbahaya. Rupiah pun masih sesuai dengan nilai pasarnya. 
Namun ada baiknya lebih awas terhadap rupiah yang makin menjauhi level 10.000 dan rawan tergoncang. Ini perlu perhatian ekstra karena rupiah yang kuat lebih banyak manfaatnya.          

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×