Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Kepala Ekonom Bank Tabungan Negara (BTN) Agustinus Prasetyantoko menilai kinerja neraca dagang pada tahun ini memang ada potensi membaik, terutama impor migas. Namun pada sisi impor non migas akan membengkak karena kebijakan pemerintah yang menggenjot infrastruktur.
Sedangkan pada sisi ekspor belum bisa diharapkan karena ekonomi global masih lemah. Alhasil pada tahun ini kinerja neraca dagang dan defisit transaksi berjalan secara keseluruhan masih sulit untuk bergerak dari level 3% dari PDB.
Imbasnya, nilai tukar rupiah sulit menguat dan fundamentalnya berada pada level Rp 12.500 per dollar Amerika Serikat (AS). Untuk bulan Desember 2014 sendiri, neraca dagang hanya surplus sekitar US$ 100 juta.
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih melihat neraca dagang Desember 2014 hanya surplus US$ 29,2 juta. Surplus tipis itu diakibatkan impor yang turun hingga 13% dibanding Desember tahun 2013 lalu yang sebesar US$ 15,46 miliar.
Untuk tahun ini, Lana menilai neraca dagang sulit untuk surplus. Adanya impor belanja modal yang besar akan menyebabkan impor membengkak sehingga neraca transaksi berjalan pada tahun ini masih pada rentang 3%-3,3% dari PDB. Dampaknya terhadap fundamental rupiah, ia memperkirakan rata-rata rupiah bisa sebesar Rp 12.500 per dollar AS.
Namun pada pertengahan tahun ini, apabila ada peningkatan peringkat utang dari lembaga rating Standard & Poor (S&P) maka rupiah bisa menguat ke level Rp 12.300. "Karena itu bisa membuat inflow dari pasar modal meskipun Amerika cenderung menguat," paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News