kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Optimisme konsumen naik di November 2019, Kadin: jangan terlalu jauh mengartikan


Kamis, 05 Desember 2019 / 19:41 WIB
Optimisme konsumen naik di November 2019, Kadin: jangan terlalu jauh mengartikan
ILUSTRASI. Shinta Widjaja Kamdani. KONTAN/Baihaki/5/10/2016


Reporter: Bidara Pink | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat optimisme konsumen terhadap perekonomian Indonesia meningkat pada November 2019. Namun, Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) mewanti-wanti agar ini tidak diartikan terlalu jauh ke depan karena survey indeks merupakan sesuatu yang bersifat mudah berubah-ubah (volatile).

"Apalagi untuk mendorong peralihan orientasi pasar dari ekspor ke pasar domestik," jelas Wakil Ketua Kadin bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani kepada Kontan.co.id, Kamis (5/12).

Baca Juga: Kadin DKI: Memperpanjang izin impor dinilai hambat manufaktur dan menekan indu

Optimisme konsumen yang meningkat tersebut ditunjukkan BI lewat Survei Konsumen yang menunjukkan bahwa Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada November 2019 ini sebesar 124,2 atau meningkat dari bulan Oktober 2019 yang sebesar 118,4.

Selain menilai hasil survei tersebut volatile dalam jangka pendek, Shinta juga melihat bahwa hasil survei merupakan opini konsumen dalam negeri dan tidak mempertimbangkan tren konsumsi pasar luar negeri yang merupakan negara tujuan ekspor penting Indonesia.

Shinta juga menilai bahwa peningkatan konsumsi pada akhir tahun, dalam rentang waktu antara Oktober hingga Januari, adalah sebuah hal yang biasa. Hal ini disebabkan adanya periode liburan akhir tahun yang selalu menyebabkan peningkatan konsumsi dari tahun ke tahun baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Baca Juga: Cukupkah mekanisme safeguard untuk lindungi industri dalam negeri?

"Ini adalah business cylce yang biasa. Tapi kecuali ketika negara kita mengalami krisis," jelas Shinta.

Biasanya, efek peningkatan konsumsi karena momentum ini bisa bertahan hingga pertengahan Februari, dan setelah itu akan turun kembali hingga periode liburan berikutnya.

Oleh karena itu, Shina mengimbau agar pelaku usaha nasional bisa memanfaatkan momentum peningkatan konsumsi hingga akhir tahun ini dengan memperbesar skala ekonomi, yaitu dengan memproduksi barang yang bisa dijual baik di domestik maupun luar negeri.

Baca Juga: Begini harapan pengusaha dan konsultan pajak tentang omnibus law perpajakan

"Jadi, kita bisa memanfaatkan potensi pasar untuk memaksimalkan pertumbuhan kegiatan ekonomi kita hingga stimulus konsumsi akhir tahun ini mereda di Februari," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×