kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,02   -8,28   -0.91%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Operasional mulai 2020, produksi padi food estate diprediksi capai 150.000 ton


Kamis, 06 Agustus 2020 / 17:20 WIB
Operasional mulai 2020, produksi padi food estate diprediksi capai 150.000 ton
ILUSTRASI. Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Menteri Pertahanan Prabowo Subianto (kanan), Menteri PUPR Basuki Hadimuljono (kedua kanan), Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko (kedua kiri) dan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (kiri) memberikan keterangan kepa


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Khomarul Hidayat

Syahrul mengatakan, agar tidak kalah dengan pertanian di Pulau Jawa, penanganan pascapanen akan ditingkatkan dan pertanian modern akan dilakukan.

"Food estate berbasis korporasi merupakan investasi terintegrasi dari hulu ke hilir yang dampaknya akan cukup besar sebagai upaya meningkatkan produksi pangan bagi masyarakat Indonesia," kata Syahrul.

Dengan konsep yang matang dan sinergi yang ada, pembangunan food estate ini akan terlaksana dengan baik dan bisa mencapai target yang ditentukan. Dia juga optimistis program ini tidak akan gagal.

Menurutnya, Kalteng merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi besar di bidang pertanian. Beberapa di antaranya sepertiĀ  berhasil mengembangkan padi inbrida varietas unggul baru Inpari-42 dan padi hibrida SUPADI dan memproduksi jagung untuk kebutuhan nasional. Di tahun 2015, produksi jagung mencapai 8.940 ton pipilan kering dan meningkat menjadi 71.000-118.000 ton pipilan kering di 2019.

Sementara itu, pengamat pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia Khudori mengatakan, pengembangan food estate ini merupakan salah satu strategi peningkatan produksi pangan dalam jangka menengah panjang.

Meski begitu, Khudori mengatakan, selama ini upaya pengembangan food estate belum pernah mencatat keberhasilan. Karena itu, dia pun mengatakan supaya proyek food estate kali ini harus didesain dengan hati-hati.

Menurutnya, perencanaan ini juga harus turut mempertimbangkan daya dukung lingkungan dan kesesuaian lahan dan iklim, menerapkan teknologi yang tepat, dan harus layak secara ekonomi dan sosial.

"Tidak ada salahnya melibatkan pihak-pihak yang pernah terlibat dalam proyek-proyek sebelumnya agar bisa ditemu-kenali apa masalahnya," ujar Khudori.

Khudori juga mengatakan, sebagai upaya menggenjot produksi pangan di jangka pendek, intensifikasi dan optimalisasi lahan eksisting adalah langkah yang paling tepat, namun untuk jangka menengah panjang dan adanya keharusan menghasilkan produksi aneka pangan, maka dibutuhkan perluasan lahan mengingat konversi lahan pertanian masih tetap besar hingga saat ini.

Baca Juga: Pengadaan beras Bulog sudah capai 850.000 ton di minggu keempat bulan Juli

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×