kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 15.875   5,00   0,03%
  • IDX 7.314   118,54   1,65%
  • KOMPAS100 1.121   16,95   1,53%
  • LQ45 892   14,50   1,65%
  • ISSI 223   2,40   1,09%
  • IDX30 459   10,01   2,23%
  • IDXHIDIV20 553   13,38   2,48%
  • IDX80 129   1,38   1,09%
  • IDXV30 137   2,73   2,03%
  • IDXQ30 152   3,22   2,16%

Ongkos Mahal, Pemerintah Kaji Ulang Samurai Bond


Senin, 19 Maret 2012 / 18:08 WIB
ILUSTRASI. Asing paling banyak melego 10 saham ini dalam sepekan


Reporter: Herlina KD | Editor: Syamsul Azhar

JAKARTA. Peringkat layak investasi dari tiga lembaga pemeringkat internasional belum manfaat terhadap berkurangnya ongkos berutang.

Investor di Jepang masih meminta syarat adanya jaminan dari Japan Bank for International Cooperation (JBIC). Bahkan kali ini JBIC minta fee lebih mahal ketimbang ongkos penjaminan dua samurai bond sebelumnya.

Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Rahmat Waluyanto menjelaskan, semula pemerintah berencana menerbitkan samurai bond sekitar kuartal II 2012 nanti. Tapi, "Kemungkinan penerbitannya mundur ke semester II, atau bisa saja kami tunda," ujarnya Senin (19/3).

Bahkan, kalau memang tidak memungkinkan, Rahmat tak segan untuk membatalkan rencana penerbitan samurai bond tahun ini. Pertimbangan pemerintah, antara lain karena JBIC meminta guarantee fee yang lebih besar. Padahal pemerintah berharap dengan status investment grade dari lembaga rating seperti Moodys International Services, Fitch Rating, maupun Japan Rating.

"Kami masih menjajaki dengan JBIC, tapi belum ada komitmen," kata Rahmat. Jaminan dari JBIC ini lantaran investor di Jepang tergolong sangat konservatif dalam memilih surat utang. Sebagai catatan, Indonesia sudah dua kali menerbitkan samurai bond, yakni seri RIJPY0719 yang terbit pada Juli 2009 senilai ¥ 30 miliar, kuponnya 2,73%. Lalu, RIJPY1120 terbit November 2010 senilai ¥ 60 miliar berkupon 1,6%.

Meski akan menunda penerbitan Samurai Bond, tapi Rahmat memastikan tahun ini pemerintah tetap akan menambah penerbitan obligasi di pasar internasional. Salah satu pilihannya adalah sukuk global. "Kalau sukuk global pasti terbit tahun ini, mungkin dalam semester I," ujar Rahmat tanpa merinci berapa target perolehan dana dari sukuk global.

Pemerintah memang getol menerbitkan surat utang tahun ini sebagai alternatif untuk mendanai belanja APBN yang melonjak akibat akibat subsidi yang membengkak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×