Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia merupakan satu-satunya negara di ASEAN yang tidak dipangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi 2023 oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD).
Dalam laporannya OECD’s Economic Outlook for Southeast Asia, China, and India 2023 Update menyebutkan, OECD masih mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,7% pada tahun ini.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi ASEAN diproyeksi turun menjadi 4,2% dari sebelumnya 4,6%.
Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian Ferry Irawan menyampaikan, fundamental ekonomi Indonesia masih kuat. Salah satunya didorong dari penguatan di sektor perjalanan dan pariwisata.
Baca Juga: OECD Revisi Turun Pertumbuhan Ekonomi ASEAN, Bagaimana Dengan Indonesia?
Indikator ekonomi juga terus tumbuh positif, Indeks Keyakinan Konsumen di level optimistis, penjualan riil tumbuh positif, PMI Manufaktur konsisten dalam level ekspansif, pertumbuhan kredit dan Dana Pihak Bertiga (DPK) yang menunjukkan likuiditas perbankan masih terjaga, neraca perdagangan yang mencatat surplus, cadangan devisa yang meningkat, dan rasio utang luar negeri yang berada dalam level aman.
Beberapa aktivitas ekonomi juga masih berjalan dengan baik termasuk Indonesia dipercaya memegang Keketuaan ASEAN 2023.
“Jika dilihat per negara, Indonesia merupakan satu-satunya negara di ASEAN yang tidak dipangkas proyeksi pertumbuhan 2023 oleh OECD. Dipangkasnya pertumbuhan ASEAN dari proyeksi sebelumnya tidak mempengaruhi proyeksi pertumbuhan Indonesia. Proyeksi pertumbuhan Indonesia masih tetap sama dengan proyeksi periode sebelumnya,” tutur Ferry kepada Kontan.co.id, Senin (4/9).
Adapun Ferry menyampaikan, beberapa kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk menjaga pertumbuhan ekonomi di antaranya, menerapkan kebijakan pengendalian inflasi untuk menjaga daya beli masyarakat dan memastikan stabilitas harga. Termasuk penyaluran bantuan pangan tunai.
Baca Juga: OECD Sebut Sejumlah Tantangan yang Dihadapi ASEAN hingga Tahun Depan
Kemudian, menjaga stabilitas nilai tukar dan penguatan cadangan devisa melalui implementasi ketentuan wajib retensi bagi Devisa Hasil Ekspor (DHE) Sumber Daya Alam (SDA), mendukung dan mendorong upaya hilirisasi industri dalam negeri untuk memaksimalkan nilai tambah.
Selanjutnya, mengakselerasi penyelesaian proyek infrastruktur, termasuk Proyek Strategis Nasional (PSN), menerapkan teknologi digital di berbagai sektor baik di kota dan desa, meningkatkan produktivitas dan kapasitas SDM, antara lain melalui program Kartu Pra Kerja, serta menjaga stabilitas politik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News