Reporter: kompas.com | Editor: S.S. Kurniawan
Di Jerman, Habibie pernah menjadi Kepala Riset dan Pengembangan Analisis Struktur Hamburger Flugzeugbau Gmbh. Dia bahkan menjadi wakil presiden dan direktur teknologi, serta penasehat senior perusahaan itu.
Habibie juga sempat bekerja di Messerschmitt-Bolkow-Blohm, perusahaan penerbangan yang berpusat di Jerman, sebelum kembali ke Indonesia pada 1973. Ia memenuhi permintaan Presiden Soeharto untuk mengabdikan ilmunya di Indonesia.
Baca Juga: BJ Habibie wafat, Presiden Jokowi sampaikan duka yang mendalam
Berdasarkan pemberitaan Kompas.com pada Februari 2017, Habibie menyatakan, tidak bisa dibayangkan apabila Indonesia tidak memiliki pesawat terbang. Untungnya, Indonesia berhasil membuktikan kemampuan untuk bisa membuat pesawat terbang sendiri.
"Kita harus sangat sadari bahwa industri strategis dan khususnya dirgantara, adalah produk sepanjang masa yang dibutuhkan Indonesia," kata Habibie di sela-sela Presidential Lecture di Bank Indonesia (BI), 13 Februari 2017.
Pada April 2015, Habibie memperkenalkan rancangan pesawat baru yang digarap oleh Regio Aviasi Industri, perusahaan yang dia dirikan. Pesawat itu bernama R80.
Baca Juga: Rusli Habibie: Semua keluarga BJ Habibie sudah dipanggil untuk berkumpul
Untuk membuat pesawat ini, Habibie meminta bantuan kepada Presiden Joko Widodo.
"Yang kami butuhkan adalah dukungan pemerintah untuk financing bagian Indonesia. Bagian swasta dan luar negeri, mereka akan ikut kalau dari pemerintah ikut menyumbang dalam arti mengatakan 'silakan' karena industri pesawat terbang seperti Boeing dan Airbus dapat bantuan yang sama," ujar Habibie kepada Jokowi saat menunjukkan miniatur R80.
Habibie memaparkan kehebatan dari R80. Menurut dia, pesawat yang digerakkan oleh baling-baling memiliki kelebihan seperti mampu mengangkut penumpang dalam jumlah banyak, yakni antara 80-90 orang, waktu berputar yang singkat, hemat bahan bakar, dan perawatan yang mudah.
Habibie menyebutkan, pesawat ini nantinya tidak kalah hebatnya dibandingkan Boeing 777. Pesawat R80 sangat tepat digunakan untuk tipe bandara sedang yang banyak ada di Indonesia. Targetnya, proyek ini dapat diproduksi massal pada 2024.