Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Sofyan Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keinginan Nyak Sandang untuk bertemu dengan Presiden Joko Widodo akhirnya terwujud. Presiden menerima Nyak Sandang di Istana Merdeka pada Rabu, (21/3) sekitar pukul 18.25 WIB.
Nyak Sandang datang ditemani oleh dua orang anaknya, Maturidi dan Khaidar. Mereka terbang dari Aceh Selasa kemarin. "Ini Pak Jokowi, Ayah. Dia senang sekali bisa bertemu Presiden," kata Maturidi seperti dikutip dari Biro Pers Kepresidenan.
Adapun Maturidi merupakan penerjemah Nyak Sandang selama berbincang dengan presiden menggunakan bahasa Aceh. Dalam pertemuannya dengan kepala negara ini Nyak Sandang mengutarakan beberapa permohonan kepada presiden. Salah satunya mengenai bantuan untuk operasi katarak.
"Baik nanti saya uruskan untuk kataraknya. Katarak kan operasi ringan, besok tolong dicek ke rumah sakit untuk kataraknya," jawab Presiden.
Selain itu, Nyak yang berusia 91 tahun pun meminta agar dibuatkan masjid di kampungnya di Lamno, Aceh. Presiden pun menjawab bahwa nanti akan dikirimkan tim untuk mengecek kondisi di sana.
Permintaannya yang ketiga adalah untuk menunaikan ibadah haji. "Ingin naik haji. Kalau bisa tahun ini, karena sudah tua," lanjut Maturidi.
Terkait hal ini, presiden mengatakan bahwa dirinya akan mengupayakannya dan berkoordinasi dengan Menteri Agama. Sambil menunggu kepastian keberangkatan haji, Presiden pun menawarkan untuk umroh terlebih dahulu.
"Mengingat haji kan ada antriannya, nanti saya bicarakan dengan Menteri Agama," kata Jokowi.
Nyak Sandang kemudian menunjukkan bukti obligasi pemerintah Indonesia tahun 1950 yang dimilikinya kepada presiden. Seperti diketahui, Nyak Sandang adalah salah satu orang yang ikut andil menyumbangkan harta kekayaannya untuk membeli pesawat pertama Indonesia.
Hal ini berawal dari tahun 1948 saat Presiden Sukarno berkunjung ke tanah Aceh guna mencari dana untuk pembelian pesawat pertama setelah Indonesia merdeka. Nyak Sandang yang kala itu berusia 23 tahun bersama orang tuanya menjual sepetak tanah dan 10 gram emas. Hartanya yang dihargai Rp 100 pun diserahkan kepada negara.
Presiden Sukarno pun menerima sumbangan dari masyarakat Aceh sebanyak SGD 120.000 dan 20 kg emas murni untuk membeli dua pesawat terbang yang diberi nama Seulawah R-001 dan Seulawah R-002. Dua pesawat tersebut merupakan cikal bakal maskapai Garuda Indonesia Airways.
Di penghujung perbincangan, Nyak Sandang pun berterima kasih kepada presiden.
"Terima kasih Bapak Presiden sudah punya waktu untuk kami," ungkap Nyak Sandang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News